Laman

Selasa, 02 Februari 2010

pengaruh kedalaman tanah terhadap pertumbuhan gulma

PENGARUH KEDALAMAN TANAH TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA


Junita Sinambela/070301054
Mahasiswi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


ABSTRAK

Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, pada tanggal 19 November 2009. Percobaan ini bertujuan untuk mencatat kemampuan sejumlah gulma untuk muncul dari kedalaman yang berbeda-beda. Percobaan tersebut menggunakan 2 faktor perlakuan yaitu faktor 1 adalah jenis gulma S1 Amaranthuss sp., S2 Asystasia intrusa. Sedangkan faktor kedua adalah K. K1 0 cm, K2 1 cm, K3 5 cm, K4 15 cm. Dari percobaan diperoleh bahwa gulma yang banyak tumbuh adalah pada kedalaman 15 cm yaitu jenis gulma Amaranthus sp..

Kunci : perkecambahan, kedalaman tanah, gulma

PENDAHULUAN

Biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa kepermukaan tanah. Bila dormansi diperpanjang waktunya akan mengalami imbibisi sehingga jaringan embrio menjadi rusak. Dalam biji terimbibisi ini daya perkecambahan biji masih tetap tinggi (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).

Kedalaman pembenaman tidak selalu berpengaruh pada lamanya hidup biji. Setelah pembenaman sekitar 5 tahun, bij-biji gulma yang masih viabel seperti Sorghum halepense: 48%, Abutilin theophrasti: 30%, Ipomea turbinata: 33%, Anoda cristata: 30%, Sesbania exaltata: 18% dan Ipomea lacunosa: 13% (Moenandir, 1993).

Untuk mengidentifikasi semai, tanda-tanda karakteristik yang dapat dipakai misalnya: a) ukuran, warna, permukaan hipokotil (bagian batang yang terletak di bawah kotiledon); b) ukuran, warna, permukaan epikotil (bagian batang yang terletak di atas kotiledon); c) jumlah, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan pertulangan kotiledon. Bentuk kotiledon ini sangat bervariasi, sehingga kadang-kadang disiri sebagai tanda kearah suku. Misalnya pada Convolvulaceae, ujung kotiledon selalu terbelah, pada leguminosa kotiledon biasanya tebal karena banyak mengandung cadangan makanan; d) jumlah, bentuk, ukuran, warna, tekstur dan pertulangan daun pertama kadang-kadang dapat tidak sama dengan daun pada gulma yang telah dewasa; e) biji yang tetap melekat pada semai. Hal ini umum dijumpai pada gulma dari golongan teki; f) adanya daun penumpu atau okrea seperti pada gulma dewasa (Tjitrosoedirdjo, dkk., 1984).

Faktor tanah yang turut menentukan distribusi gulma antara lain : kelembaban tanah, aerasi, pH tanah, unsur-unsur makanan dalam tanah dan lain-lain. Umumnya gulma mempunyai kemampuan bersaing yang cukup baik pada semua mcam tipe tanah. Kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam tanah (Sukman dan Yakup, 1995).

BAHAN DAN METODE

Percobaan ini menggunakan polibag sebagai media tanam, topsoil sebagai media tanam, benih Asystasia intrusa dan Amaranthus sp. sebagai objek pengamatan, label untuk menandai polibag. Dalam percobaan ini polibag diisi ¾ topsoil dan benih tersebut diletakkan diatasnya sesuai dengan perlakuan dan diberi label untuk menandai perlakuan serta ulangannya. Diamati gulma apa saja yang tumbuh setiap hari sampai pengamatan terakhir dan dicatat datanya.







HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Data Pertumbuhan Kecambah Gulma Amaranthus sp. Dan Asystasia intrussa

Nama Gulma Perlakuan
S1K0 S1K1 S1K2 S1K3 S1K4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Amaranthus sp. 10 5 10 6 3 4 - 3 - 6 5 5 10 14 16
25 13 3 16 40


Nama Gulma Perlakuan
S2K0 S2K1 S2K2 S2K3 S2K4
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Asystasia intrussa. 5 8 7 1 2 3 - 2 - - 1 2 2 1 1
20 6 2 - 4


Pembahasan

Dari hasil percobaan dapat dilihat pada data, ada gulma yang tidak dapat tumbuh pada suatu kedalaman. Hal ini mungkin disebabkan karena beberapa faktor yaitu dari benih tersebut yang sudah ketuaan, atau karena faktor lingkungan. Hal ini sesuai dengan literatur dari Tjitrosoedirjdo, dkk. (1984) yang menyatakan bahwa biji-biji gulma mengalami dormansi sekunder mampu berkecambah setelah dibawa kepermukaan tanah.

Dari hasil percobaan dapat dilihat pada data bahwa benih Amaranthus sp. lebih dominan pada setiap kedalaman tanah dari pada Asystasia intrusa. Hal ini dikarenakan benih Amaranthus sp. memilki ketahanan untuk bertahan hidup pada setiap kedalaman tanah. Hal ini sesuai dengan literatur Sukman dan Yakup (1991) yang menyatakan bahwa kondisi cadangan biji juga tergantung pada dormansi dan lama biji tersebut tahan terdapat dalam tanah.



Grafik Pertumbuhan Kecambah Gulma Amaranthus sp. Dan Asystasia intrussa



KESIMPULAN

1. Benih gulma yang paling banyak tumbuh adalah Amaranthus sp pada kedalaman 15 cm yaitu 40.
2. Benih gulma Asystasia intrusa paling banyak tumbuh pada kedalaman 0 cm sebesar 20.
DAFTAR PUSTAKA

Moenandir, J., 1993. Ilmu Gulma Dalam sistem Pertanian Dalam Sistem Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sukman, Y., dan Yakup., 1995, Gulma dan Teknik Pengendaliannya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmodjo, 1984. Pengelolaan Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment please...