Laman

Selasa, 02 Februari 2010

respon pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) terhadap dosis dan waktu aplikasi pupuk cair lengkap

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) TERHADAP DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK LENGKAP CAIR


LAPORAN


OLEH :
JUNITA SINAMBELA/070301054
BDP- AGRONOMI
X








LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN LEGUMINOSAE
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) TERHADAP DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK LENGKAP CAIR

LAPORAN

OLEH :
JUNITA SINAMBELA/070301054
BDP- AGRONOMI
X


Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Agronomi Tanaman Leguminosae Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan


Disetujui Oleh :
Dosen Penanggungjawab


( Ir. Hj. Sabar Ginting, MS)
NIP : 130 535 855


Diketahui Oleh : Diperiksa Oleh :
Asisten Koordinator Asisten Korektor


(Jojor Cinta Bakkara) (Sony Liston Tarigan, SP)
NIM. 040301047


LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN LEGUMINOSAE
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009


RINGKASAN PERCOBAAN
Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat ± 25 meter di atas permukaan laut dimulai pada bulan September 2009 sampai November 2009. Judul dari percobaan ini adalah “Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Terhadap Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk Lengkap Cair”.

Adapun metode percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan perlakuan I dosis pupuk lengkap cair, yaitu 1 cc (K1), 2 cc (K2), dan 3 cc (K3), serta perlakuan II waktu aplikasi yaitu seminggu sekali (W1) dan dua minggu sekali (W2). Parameter yang diamati pada percobaan ini adalah tinggi tanaman (cm), umur berbunga (hari), dan bobot biji per sampel (g).

Hasil yang diperoleh pada percobaan ini adalah rataan tinggi tanaman tertinggi 4 MST terdapat pada perlakuan K2W1 yaitu 93.66 cm dan tinggi tanaman 4 MST terendah pada perlakuan K1W1, yaitu 86.88 cm. Rataan umur berbunga tertinggi terdapat pada perlakuan K1W1 yaitu 91 hari dan rataan umur berbunga terendah terdapat pada perlakuan K2W1 yaitu 82 hari. Rataan bobot biji per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan K3W2 yaitu 55.10 gram dan rataan bobot biji per sampel terendah terdapat pada perlakuan K1W2 yaitu 49.41 gram.

RIWAYAT HIDUP

Junita Sinambela lahir pada tanggal 2 April 1989 di Medan. Anak pertama dari empat bersaudara. Anak dari Bapak P. Sinambela dan Ibu N. Manurung.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
SD Negeri 050721 di Gohor Lama Tamat tahun 2001
SMP Negeri 1 di Hinai Tamat tahun 2004
SMA Negeri 1 di Stabat Tamat tahun 2007

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB pada pilihan pertama pada tahun 2007 sampai sekarang.










KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan baik.

Adapun judul lapoaran ini adalah ini adalah “Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Terhadap Dosis dan Waktu Aplikasi Pupuk Lengkap Cair” yang merupakan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Agronomi Tanaman Leguminosae Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengajar mata kuliah Agronomi Tanaman LeguminosaeIr. Hj. Sabar Ginting, M., Dr. Ir. Hapsoh, MS., dan Ir. Yaya Hasanah, MS serta kepada asisten yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dam saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.


Medan, Desember 2009


Penulis



DAFTAR ISI
RINGKASAN PERCOBAAN i

RIWAYAT HIDUP ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Percobaan 2
Kegunaan Percobaan 3

TINJAUAN PUSTAKA 4
Botani Tanaman 4
Syarat Tumbuh 6
Iklim 6
Tanah 7
Pupuk Cair 8

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN 11
Tempat dan Waktu Percobaan 11
Bahan dan Alat 11
Metode Percobaan 11

PELAKSANAAN PERCOBAAN 13
Persiapan Lahan 13
Penanaman 13
Pemeliharaan Tanaman 13
Penyiraman 13
Penyiangan 13
Aplikasi Pupuk Cair 14
Pengamatan Parameter 14
Tinggi Tanaman (cm) 14
Umur Berbunga (hari) 14
Bobot Biji per Sampel 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 14
Hasil 14
Pembahasan 18

KESIMPULAN DAN SARAN 20
Kesimpulan 20
Saran 20

DAFTAR PUSTAKA






























DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal.

1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST 16
2. Rataan Umur Berbunga (hari) 17
3. Rataan Bobot Biji per Sampel (g) 18































DAFTAR GAMBAR
No. Keterangan Hal.

1. Grafik Rataan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST 15
2. Grafik Rataan Umur Berbunga (hari) 16
3. Grafik Rataan Bobot Biji per Sampel (g) 17








DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal.

1. Data Tinggi Tanaman 2 MST (cm) 23
2. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 2 MST (cm) 23
3. Data Tinggi Tanaman 3 MST (cm) 24
4. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 3 MST (cm) 24
5. Data Tinggi Tanaman 4 MST (cm) 25
6. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman 4 MST (cm) 25
7. Data Umur Berbunga (hari) 26
8. Daftar Sidik Ragam Umur Berbunga (hari) 26
9. Data Bobot Biji per Sampel (g) 27
10. Daftar Sidik Ragam Bobot Biji per Sampel (g) 27



PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani, meskipun hasil tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik. Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan lain, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi maupun ekonomis seperti : (a) lebih tahan kekeringan, (b) serangna hama penyakit lebih sedikit, (c) dapat dipanen pada umur 55-60 hari, (d) dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayakannya mudah. Dengan demikian, kacang hijau mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan. Untuk mempercepat perkembangan, ketersediaan benih yang memadai dan varietas unggul yang sudah dilepas merupakan kunci keberhasilan. Untuk itu pengetahuan mengenai teknik produksi benih akan sangat membantu dalam mengahsilkan benih kacang hijau bermutu tinggi (Sunantara, 2000).
Kacang hijau berasal dari Famili Leguminoseae alias polong-polongan. Kandungan proteinnya cukup tinggi dan merupakan sumber mineral penting, antara lain; kalsium dan fosfor yang sangat diperlukan tubuh. Sedangkan kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh, sehingga aman dikonsumsi oleh orang yang berdiet atau berkolesterol tinggi. Kacang hijau mengandung protein tinggi, sebanyak 24%. Dalam menu masyarakat sehari-hari, kacang-kacangan adalah alternatif sumber protein nabati terbaik. Secara tradisi, ibu-ibu hamil sering dianjurkan mengkonsumsi kacang hijau agar bayi yang dilahirkan mempunyai rambut lebat. Pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel rambut untuk mempunyai bayi berambut tebal akan terwujud. Kandungan kalsium dan fosfor pada kacang hijau bermanfaat untuk memperkuat tulang. Kacang hijau baik bagi orang yang ingin menghindari konsumsi lemak tingg. Kadar lemak yang rendah dalam kacang hijau menyebabkan bahan makanan/minuman yang terbuat dari kacang hijau tidak mudah tengik. Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak jenuh dan 27% asam lemak jenuh. Umumnya kacang-kacangan memang mengandung lemak tak jenuh tinggi. Asupan lemak tak jenuh tinggi penting untuk mrnjaga kesehatan jantung (Anonimous , 2008).
Peran strategis lain dari kacang hijau komplementer dengan beras dapat diperkaya oleh kacang hijau, sebab protein beras yang miskin lisin akan diperkaya oleh kacang hijau yang kaya lisin. Implikasi dari sosialisasi konsumsi kacang hijau hingga mencapai 2,5 kg/tahun/kapita bila untuk 225 juta penduduk memerlukan tambahan produksi kacang hijau sekitar 200.000-215.000 ton. Tambahan produksi tersebut memerlukan tambahan areal tanam, yang berarti akan menampung tenaga kerja yang diperlukan untuk pengembangan lahan kering (Deptan, 2008).
Dewasa ini pemberian pupuk mikro sudah mulai banyak dilakukan. Hal ini ditandai dengan seringnya orang memakai pupuk daun (pupuk mikro umumnya berupa pupuk daun, yaitu pupuk yang diberikan dengan cara disemprotkan ke daun tanaman) (Prihmantoro, 2001).

Unsur mikro dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil sekali oleh tanaman maupu hewan. Unsur mikro biasanya berfungsi sebagai katalisator pada berbagai proses fisiologis . Dalam banyak hal unsur ini merupakan bagian dari berbagai macam bahan organik, yang dalam konsentrasi sangat kecil sangat aktif, seperti enzim, vitamin, dan hormon (Rinsema, 1993).

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) terhadap dosis dan aplikasi pupuk cair lengkap.

Kegunaan Penulisan


- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Leguminosae Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.







TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Somaatmadja (1993), kacang hijau dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Polypetales
Family : Leguminosae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus radiatus L.
Tanaman kacang hijau termasuk famili Leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kacang hijau terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan biji. Perakaran tanaman kacang hijau bercabang banyak dan membentuk bintil-bintil (nodula) akar. Makin banyak nodula akar, makin tinggi kandungan nitrogen (N) sehingga menyuburkan tanah (Rukmana, 1997).

Tanaman kacang hijau berbatang tegak dengan cabang menyamping pada batang utama, berbentuk bulat dan berbulu warna batang dan cabangya ada yang hijau dan ada yang ungu (Adrianto dan Indarto, 2004).
Batang tanaman kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil, berbulu, bewarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Setiap buku batang menghasilkan satu tangkai daun, kecuali pada daun pertama berupa sepasang daun yang berhadap-hadapan dan masing-masing daun berupa daun tunggal. Batang kacang hijau tumbuh tegak dengan ketinggian mencapai 30 cm-110 cm dan cabangya menyebar kesegala arah (Rukmana, 1997).
Daunya terdiri dari tiga helaian trifolia dan letaknya berseling-seling. Tangkai daunya lebih panjang dari daunya dengan warna hijau muda sampai hijau tua (Andrianto dan Indarto, 2004).
Kacang hijau merupakan tanaman berumur pendek biasanya berbunga antara 30 – 70 hari. Bunganya besar berdiameter 1-2 cm, kehijau-hijauan sampai kuning cerah, steril sendiri, terletak pada tandan ketiak yang tersusun atas 5- 25 kuntum bunga panjang tandan bunga 2-20 cm (Somaatmadja, 1993).
Bunga-bunga yang berwarna kuning keluar secara berkelompok sebanyak 4 sampai 8 kuntum. Tiap-tiap tangkai bunga yang panjang dan tegak. Seprti tanaman polong-polongan lain bunga kacang hijau berbentuk kupu-kupu dan menyerbuk sendiri. Terdapat hingga 16 kuntum bunga pada satu tangkai bunga (Idris et al, 1982).
Polongnya menyebar dan menggantung berbentuk silinder panjangya mencapai 15 cm, sering kali lurus, berbulu atau tanpa bulu berwarna hitam atau coklat soga (tawny brown) berisi sampai 20 butir biji yang bundar sampai lonjong. Polong menjadi tua sampai 60-120 hari setelah tanam. Perontokan bunga banyak terjadi dan mencapai angka 90% (Somaatmadja, 1993).
Polong biasanya matang pada waktu 19-22 hari setelah berbunga. Biasanya polong akan berubah warna menjadi hitam dan daun akan menjadi kuning. Apabila 50% polong telah matang biasanya akan terjadi pengeluaran bunga sekali lagi, oleh karena itu, pemanenan kacang hijau perlu dikalukan beberapa kali dengan jarak waktu panen dari 20-25 hari (Idris et al, 1982).
Biji bewarna hijau atau kuning , seringkali coklat atau kehitam-hitaman, memiliki kilap (lustre) yang kusam atau berkilat (diasosiasikan dengan sisa-sisa dinding polong) hilumnya pipih dan putih. Perkecambahanya epigeal (Somaatmadja, 1993).
Syarat Tumbuh
Iklim

Berdasarkan indikator di daerah sentrum produsen tersebut keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kacang hijau adalah daerah yang bersuhu 250 C-270 C dengan kelembaban udara 50%-80%, curah hujan antara 50mm-200mm per bulan, dan cukup mendapat sinar matahari. Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujanya rendah. Didaerah yang bercura hujan tingggi, penanaman kacang hijau mengalami banyak hambatan misalnya , mudah rebah dan mudah terserang hama penyakit. Produksi kacang hijau musim hujan biasanya lebih rendah dari pada produksi pasa musim kemarau (Rukmana, 1997).
Pada banyak jenis tanaman, khususnya pada banyak jenis tanaman semusim, suhu memainkan perananyang sangat penting dalam proses pembentukan dan perkembangan bunga (Barden et al, 1987).

Tanah

Hal yang paling penting dalam pemilihan lokasi untuk kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), aerase dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8-6,5 untuk pH yang ber pH lebih rendah dari pada 5,8 perlu dilakukan pengapuran (liming). Fungsi pengapuran adalah unuk meningkatkan mineralisasi nitrogen organik dalam sisa-sisa tanaman, membebaskan nitrogen sebagai ion ammonium dan nitrat agar tersedia bagi tanaman, membantu memperbaiki kegemburan serta meningkatkan pH tanah mendekati netral (Rukmana, 1997).
Kacang hijau adalah tanaman hari pendek. Awal pembungaanya akan dihambat jika fotoperiode meningkat. Kacang hijau dalah tanaman musim hangat dan tumbuh dibawah suhu rata-rata yang berkisar antara 200C dan 400C, dengan suhu optimumnya 280C-300C. Karenanya kacang hijau dapat ditanam musim panas dan musim gugur serta pada ketinggian di bawah 2.000 m dpl di daerah tropik. Tanaman ini rentan terhadap genangan dan tahan terhadap kekeringan dengan cara mempersingkat priode antara pembungaan dan pematangan. Kebutuhan airnya 200-300 mm untuk masa pertumbuhanya.Toleransinya terhadap keracunan aluminium sangat seidkit dijumpai. Kacang hijau akan segera berbintil akar jika diinokulsi oleh galur rhizobium (Somaatmadja, 1993).
Unsur hara makro tersedia dalam jumlah optimal pada kisaran pH 6,5-7,5 atau mendekati netral. Seperti unsur hara P tersedia dalam jumlah banyak pada kisaran pH 6,5-8 dan 9-10 (Sutedjo, 1996).

Pupuk Cair

Keuntungan lain dari pupuk daun ialah di dalamnya terkandung unsur hara mikro. Umumnya tanaman sering kekurangan unsur hara mikro. Umumnya tanaman kekurangan unsur hara mikro bila hanya mengandalkan pupuk akar yang mayoritas berisi hara makro. Dengan pemberian pupuk daun yang berisi hara mikro maka kekurangan tersebut dapat teratasi. Tidak kalah pentingnya ialah dengan pemakaian pupuk daun maka tanah akan terhindar dari kelelahan atau rusak (Lingga, 2005).

Pupuk organik cair memiliki banyak kegunaan bagi tanaman diantaranya; dapat mempercepat pertumbuhan generatif tanaman serta mengurangi kerontokan bunga dan buah berkat kandungan hormon auksin, giberelin dan sitokinin. Selain itu, pupuk cair meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman antara 15% s/d 100%, kualitas rasa, warna, aroma dan daya penyimpanan sekaligus memperpanjang masa produktif tanaman yang tidak habis satu kali panen (Padhu, 2009).

Beberapa jenis pupuk cair dapat langsung disemprotkan ke daun tanpa penambahan air, tetapi jenis lain harus dilarutkan dalam air terlebih dahulu dengan dosis tertentu. Dalam pengenceran pupuk cair ini dapat pula ditambahkan bahan perekat, hormon, insektisida atau bahan pembantu lain (Marsono dan Paulus, 2001).

Penyemprotan pupuk daun idealnya dilakukan pada pagi atau pada sore hari karena bertepatan dengan saat membukanya stomata. Prioritaskan penyemprotan pada bagian bawah daun karena paling banyak terdapat stomata. Faktor cuaca termasuk kunci sukses dalam penyempotan pupuk daun. Dua jam setelah penyemprotan jangan sampai terkena hujan karena akan mengurangi efektifitas penyerapan pupuk. Tidak disarankan menyemprot pupuk daun pada saat suhu udara sedang panas karena konsentrasi larutan pupuk yang sampai ke daun cepat meningkat sehingga daun dapat terbakar (Novizan 2005).












BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan yang berada pada ketinggian ± 25 m dpl pada bulan Agustus hingga November 2009.

Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada percobaan adalah benih kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) sebagai objek percobaan, Pupuk Santamicro sebagai bahan perlakuan, dan air untuk keperluan penyiraman.

Alat yang digunakan pada percobaan adalah cangkul sebagai alat bantu pengolahan tanag, gembor sebagai alat bantu penyiraman, meteran sebagai alat pengukur tinggi tanaman, timbangan untuk menimbang berat biji, serta buku dan alat tulis sebagai alat bantu pengamatan data.

Metode Percobaan
Metode percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) faktorial, yaitu :
1. Perlakuan Pupuk Organik Cair dengan 3 taraf :
K1 = 1 cc / Liter air
K2 = 2 cc / Liter air
K3 = 3 cc / Liter air
2. Perlakuan Waktu Pemberian dengan 2 taraf :
W1 = 1 kali 1 minggu
W2 = 1 kali 2 minggu
Sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan, yaitu :
K1W1 K2W1 K3W1
K1W2 K2W2 K3W2
Jumlah blok : 3
Jumlah petak percobaan : 18
Jumlah benih per petak : 36 benih
Jumlah seluruh benih : 648 benih
Dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yijk = µ + τi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
Dimana :
Yijk = hasil pengamatan untuk unit percobaan ke-I dengan perlakuan media tanam taraf ke-j dan biji pada taraf ke-k
µ = nilai tengah
τi = respon blok ke-i
αj = respon pemberian media tanam pada taraf ke-j
βk = respon perlakuan biji pada taraf ke-k
εijk = respon interaksi media tanam pada taraf ke-j dengan perlakuan biji pada taraf ke-k


PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan
Lahan percobaan dibersihkan dari gulma dengan cara mengikis dan mencangkul tanah. Setelah gulma dibersihkan, dicangkul lahan percobaan sedalam  20 cm kemudian tanah dibiarkan selama satu minggu. Selanjutnya tanah dihaluskan dan diratakan, kemudian dilakukan pembuatan parit pada sekeliling lahan percobaan agar lahan percobaan terhindar dari air yang tergenang.

Penanaman
Proses penanaman diawali dengan membuat lubang tanam dengan bantuan tugal dengan jarak 30 cm x 25 cm dengan kedalaman secukupnya. Diisi setiap lubang tanam dengan kompos. Dimasukkan benih tanaman kacang hijau pada setiap lubang tanam yang kemudian ditutupi lagi dengan kompos diatasnya. Setelah selesai, lahan percobaan disiram dengan air.

Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari selama satu bulan pertama dan selanjutnya dikurangi sesuai dengan keadaan cuaca bila hujan turun maka tidak perlu penyiraman.


Penyiangan
Penyiangan dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan tangan saat gulma mulai tumbuh di media tanam.

Aplikasi Pupuk
Aplikasi pupuk dilakukan dengan menyemprotkan pupuk pada daun tanaman. Pemupukan dilakukan sesuai kombinasi perlakuan yang ditentukan.

Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm)
Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dengan mengukur mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi dengan menggunakan meteran. Tinggi tanaman diukur setiap minggu setelah perkecambahan pada 2 – 4 MST.

Umur Berbunga (hari)
Umur berbunga dihitung dengan mengamati waktu munculnya bunga dimulai dari umur tanam tanaman sampel tersebut.

Bobot Biji per Sampel (g)
Penghitungan bobot biji per sampel dilakukan setelah panen, dimana kelima hasil dari tanaman sampel ditimbang seluruhnya, kemudian dibagi lima, sesuai dengan jumlah tanaman sampel.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa respon pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) terhadap dosis dan waktu aplikasi pupuk lengkap cair berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm) 2 MST, dan tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman (cm) 3 – 4 MST, umur berbunga (hari), bobot biji per sampel (g).

Tinggi Tanaman (cm)
Hasil sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 2, 4, dan 6. Dari hasil sidik ragam diketahui interaksi dosis pupuk cair dan waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (cm) 2 MST dan tidak berpengaruh nyata pada 3 dan 4MST.

Rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) 4 MST









Dari Tabel 1 diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi 4 MST terdapat pada perlakuan K2W1 yaitu 93.66 cm dan tinggi tanaman 4 MST terendah pada perlakuan K1W1, yaitu 86.88 cm.

Grafik rataan tinggi tanaman 4 MST dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Grafik rataan tinggi tanaman (cm) 4 MST

Umur Berbunga (hari)
Hasil sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 7. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa konsentrasi pupuk cair dan waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga.

Rataan umur berbunga dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Rataan Umur Berbunga (hari)






Dari Tabel 2 diketahui bahwa rataan umur berbunga tertinggi terdapat pada perlakuan K1W1 yaitu 91 hari dan terendah pada perlakuan K2W1 yaitu 82 hari.

Grafik rataan umur berbunga dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Grafik Rataan Umur Berbunga (hari)


Rataan Bobot Biji per Sampel (g)
Hasil sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 10. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa konsentrasi pupuk cair dan waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot biji per sampel (gram).

Dari tabel 3 diketahui bahwa rataan bobot biji per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan K3W2 yaitu 55.10 gram dan terendah pada perlakuan K1W2 yaitu 49.41 gram.





Grafik rataan berat biji per sampel dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik rataan bobot biji per sampel (gram)

Pembahasan
Dari hasil percobaan diketahui bahwa interaksi konsentrasi pupuk cair dan waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST dan tidak berpengaruh nyata pada 3 dan 4 MST. Diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan perlakuan K2W1 yaitu 93.66 cm dan terendah pada perlakuan K1W1 yaitu 86.88 cm. Hal ini terjadi karena pada perlakuan K2W1 pemberian pupuknya sesuai dengan kebutuhan tanaman pada masa pertumbuhannya dan diaplikasikan seminggu sekali. Sehingga tidak terjadi defisiensi hara, terutama hara mikro. Hal ini sesuai dengan literatur Lingga (2005) yang menyatakan bahwa dengan pemberian pupuk daun yang berisi hara mikro maka kekurangan hara mikro dapat teratasi.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa interaksi konsentrasi pupuk cair dan waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap umur berbunga. Diketahui bahwa rataan umur berbunga tertinggi terdapat pada perlakuan perlakuan K1W1 yaitu 91 hari dan terendah pada perlakuan K2W1 yaitu 82 hari. Hal ini terjadi karena pada pemberian pupuk lengkap cair mendukung mempercepat pembungaan dan pemasakan buah, biji. Hal ini sesuai dengan literatur Padhu (2009) yang menyatakan bahwa pupuk organik cair dapat mempercepat pertumbuhan generatif tanaman serta mengurangi kerontokan bunga dan buah berkat kandungan hormon auksin, giberelin dan sitokinin.

Dari hasil percobaan diketahui bahwa interaksi konsentrasi pupuk cair dan waktu aplikasi tidak berpengaruh nyata terhadap bobot biji per sampel. Rataan berat biji per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan K3W2 yaitu 55.10 gram dan terendah pada perlakuan K1W2 yaitu 49.41 gram. Hal ini terjadi karena pada perlakuan K3W2 pupuk menyediakan semua kebutuhan unsur hara makro dan mikro lengkap bagi tanaman yang tepat untuk pembentukan biji. Hal ini sesuai dengan literatur Padhu (2009) yang menyatakan bahwa pupuk cair meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi tanaman antara 15% s/d 100%, kualitas rasa, warna, aroma dan daya penyimpanan sekaligus memperpanjang masa produktif tanaman yang tidak habis satu kali panen.








KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Interaksi dosis pupuk cair dan waktu aplikasi berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 2 MST dan tidak berpengaruh nyata pada 3 dan 4 MST, umur berbunga, dan bobot biji per sampel.
2. Rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan perlakuan K2W1 yaitu 93.66 cm dan terendah pada perlakuan K1W1, yaitu 86.88 cm.
3. Rataan umur berbunga tertinggi terdapat pada perlakuan perlakuan K1W1 yaitu 91 hari dan terendah pada perlakuan K2W1 yaitu 82 hari.
4. Rataan berat biji per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan K3W2 yaitu 55.10 gram dan terendah pada perlakuan K1W2 yaitu 49.41 gram.

Saran
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dilakukan pemupukan yang tepat serta penyiangan







DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2008. Kacang Hijau. Dikutip dari http://www.warintek.com. Diakses 28 Oktober 2009.

Andrianto, T.T. dan Indarto N. 2004. Budidaya dan Analisis Tani Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang. Absolut. Yogjakarta. Hal : 93

Barden, J.A., R.G. Halfcare and D.J. Parish. 1987. Plant Science. Mc-Graw Hill Book Company, Ltd. USA. Hal : 172.

Deptan. 2008. Mengenal Plasma Nutfah Tanaman pangan. Balai Penelitian dan Pengembangan Penelitian, Deptan. Available at: http://ditjentan.deptan.go.id Powered by Joomla! Generated: Tanggal 22 September 2008

Idris, M., Mohammad, dan Normah, 1982. Tanaman Bijian. Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia, Kuala Lumpur. Hal : 111-113

Lingga, P. dan Marsono, 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta

Marsono dan Paulus S. 2001. Pupuk Akar. Penebar Swadaya, Jakarta

Novizan. 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Penerbit Agromedia Pustaka. Jakarta

Phadu. 2009. Pupuk Organik Cair Lengkap. Diakses dari situs http://dc-012pandhusuburpersada.blogspot.com/2009/08/pupukorganikcair-lengkap-super-power.html. Diakses pada tanggal 01 Des 2009. 4 Halaman

Prihmantoro, H. 2001. Memupuk Tanaman Sayuran. Penebar Swadaya. Jakarta

Rinsema, W. T. 1993. Pupuk dan Cara Pemupukan. Bhratara. Jakarta

Rukmana, R. 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius. Yogjakarta. Hal : 34- 35

Sunantara, M.M. 2000. Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Instalasi Penelitian Dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Denpasar

Somaatmadja, S. 1993. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 1 Kacang-Kacangan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Hal : 89

Sutedjo. 1996. Mikro Biologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta. Hal : 184-187.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment please...