Laman

Selasa, 02 Februari 2010

pengaruh media tanam terhadap perkecambahan benih kakao (Theobroma cacao L.)

PENGARUH MEDIA TANAM PADA PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)




LAPORAN




OLEH :

JUNITA SINAMBELA/070301054
BDP-AGRONOMI
III












LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN II
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
PENGARUH MEDIA TANAM PADA PERKECAMBAHAN BENIH KAKAO (Theobroma cacao L.)


LAPORAN



OLEH :

JUNITA SINAMBELA/070301054
BDP-AGRONOMI
III

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan II Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan














LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN II
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009


RINGKASAN PERCOBAAN

Percobaan ini dilakukan di laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian tempat  25 m di atas permukaan laut. Percobaan ini dilakukan mulai bulan Agustus hingga November 2009.
Adapun judul dari percobaan ini adalah “Pengaruh Media Tanam Pada Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L.)”. Benih yang ditanam pada percobaan ini adalah benih kakao.
Metode percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial yaitu media tanam, dimana : Tanah (M0), Pasir + Tanah (M1) dan pasir (M2).
Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh bahwa rataan persentase perkecambahan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 100 % dan terendah terdapat pada perlakuan M2 yaitu sebesar 66,60 %. Rataan laju perkecambahan tercepat terdapat pada perlakuan M2 yaitu sebesar 4,5 hari dan terlama pada perlakuan M1 yaitu sebesar 3,33 hari. Dari hasil percobaan juga diketahui bahwa perlakuan media tanam tidak berpengaruh nyata pada parameter rataan tinggi kecambah 1, 3, dan 4 MST. Rataan tinggi tanaman tertinggi pada 4 MST terdapat pada perlakuan M1 yaitu 32 cm dan terendah pada perlakuan M0 yaitu 21.58 cm. Perlakuan media tanam juga tidak berpengaruh nyata pada parameter diameter batang 1, 2, dan 4 MST. Rataan diameter batang tertinggi pada 4 MST terdapat pada perlakuan M1 yaitu 1,4 mm dan terendah pada perlakuan M0 yaitu 1 mm.
RIWAYAT HIDUP

Junita Sinambela lahir pada tanggal 2 April 1989 di Medan. Anak pertama dari empat bersaudara. Anak dari Bapak P. Sinambela dan Ibu N. Manurung.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
SD Negeri 050721 di Gohor Lama Tamat tahun 2001
SMP Negeri 1 di Hinai Tamat tahun 2004
SMA Negeri 1 di Stabat Tamat tahun 2007

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB pada pilihan pertama pada tahun 2007 sampai sekarang.
























KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Pengaruh Media Tanam pada Perkecambahan Benih Kakao (Theobroma cacao L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan II Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Balonggu Siagian, MS, Ir. Sanggam Silitonga, MS dan Ir. Lisa Mawarni, MP selaku dosen mata kuliah Agronomi Tanaman Perkebunan II serta kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, November 2009



Penulis



DAFTAR ISI
RINGKASAN PERCOBAAN i

RIWAYAT HIDUP ii

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Percobaan 2
Hipotesis Percobaan 2
Kegunaan Percobaan 3

TINJAUAN PUSTAKA 4
Botani Tanaman 4
Syarat Tumbuh 6
Iklim 6
Tanah 8
Media Tanam 8

BAHAN DAN METODE PERCOBAAN 11
Tempat dan Waktu Percobaan 11
Bahan dan Alat 11
Metode Percobaan 12

PELAKSANAAN PERCOBAAN 14
Persiapan Media Tanam 14
Penanaman 14
Pemeliharaan Benih 14
Penyiraman 14
Penyiangan 14
Pengamatan Parameter 15
Persentase Perkecambahan (%) 15
Laju Perkecambahan (hari) 15
Tinggi Kecambah (cm) 15
Diameter Batang (mm) 15
HASIL DAN PEMBAHASAN 16
Hasil 16
Pembahasan 19

KESIMPULAN DAN SARAN 21
Kesimpulan 21
Saran 21

DAFTAR PUSTAKA

































DAFTAR TABEL
No. Keterangan Hal.

1. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 5 MST 18
2. Rataan Diameter Batang (mm) 5 MST 19



































DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Hal.

1. Persentase Perkecambahan (%) 23
2. Laju Perkecambahan (hari) 23
3. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 1 MST 24
4. Daftar Sidik Ragam Rataan Tinggi Kecambah (cm) 1 MST 24
5. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 2 MST 24
6. Daftar Sidik Ragam Rataan Tinggi Kecambah (cm) 2 MST 24
7. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 3 MST 25
8. Daftar Sidik Ragam Rataan Tinggi Kecambah (cm) 3 MST 25
9. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 4 MST 25
10. Daftar Sidik Ragam Rataan Tinggi Kecambah (cm) 4 MST 25
11. Rataan Tinggi Kecambah (cm) 5 MST 26
12. Daftar Sidik Ragam Rataan Tinggi Kecambah (cm) 5 MST 26
13. Rataan Diameter Batang (mm) 2 MST 26
14. Daftar Sidik Ragam Rataan Diameter Batang (mm) 2 MST 26
15. Rataan Diameter Batang (mm) 3 MST 27
16. Daftar Sidik Ragam Rataan Diameter Batang (mm) 3 MST 27
17. Rataan Diameter Batang (mm) 4 MST 27
18. Daftar Sidik Ragam Rataan Diameter Batang (mm) 4 MST 27
19. Rataan Diameter Batang (mm) 5 MST 28
20. Daftar Sidik Ragam Rataan Diameter Batang (mm) 5 MST 28



PENDAHULUAN



Latar Belakang


Tanaman kakao (Theobroma cacao) berasal dari hutan hujan tropis yang menyebar dari Meksiko Selatan, Brasil sampai ke Bahama; terletak pada 18 LU sampai 15 LS. Populasi yang terbanyak dan diduga sebagai pusatnya adalah di wilayah Upper Amazon. Kakao masuk ke Indonesia pada tahun 1560 di Sulawesi Utara dan berasal dari Filipina; jenisnya adalah Criollo dan jenis ini diduga berasal dari Venezuela. Produksi dari tanaman kakao ini rendah dan peka terhadap hama penyakit, tetapi rasanya enak. Pada tahun 1806 perluasan kakao dilakukan di Jawa Timur dan Jawa Tengah dengan kakao jenis Criollo (Anonimous, 1996).
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal dari Amerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal sebagai cokelat. Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon, di alam dapat mencapai ketinggian 10 m. Meskipun demikian, dalam pembudidayaan tingginya dibuat tidak lebih dari 5m tetapi dengan tajuk menyamping yang meluas. Hal ini dilakukan untuk memperbanyak cabang produktif (http://id.wikipedia.org, 2009).
Tanaman cokelat (Theobroma cacao) termasuk tanaman tropis. Dikenal masyarkat Indonesia pertama kali pada tahun 1780 sebagai tanaman pekarangan dan merupakan tanaman tahunan. Semula nilai komersilnya belum begitu diutamakan bagi penanamnya. Tapi dengan berkembangnya zaman, dimana produk makanan dan produk lain makin banyak yang menggunakan coklat, akhirnya tanaman ini dibudidayakan secara besar-besaran untuk tujuan komersial (Spillane, 1995).
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai sebesar US $ 701 juta (http://www.litbang.deptan.go.id, 2009).

Tanaman kakao (Theobroma cacao L.) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi yang banyak dikembangkan sebagai tanaman perkebunan ada tiga, yaitu: criollo, forastero, dan trinitario (http://ksupointer.com, 2009).

Perkecambahan tanaman kakao dimulai dari munculnya akar yang tumbuh dari hipokotil berasal dari kotiledon yang masih tertutup dan terangkat sekitar 3 cm di atas permukaan tanah. Fase pertama ini kadang-kadang disebut dengan “fase serdadu”, ditandai dengan kotiledon yang masih belum terangkat semua dari tanah, dengan panjang akar rata-rata 4-5 cm. Fase kedua dimulai dengan pembukaan kotiledon diikuti dengan munculnya plumula, kotiledon mendatar semua terangkat dari tanah, panjang akar rata-rata 7 cm. Fase ketiga ditandai dengan kotiledon yang terangkat tegak lurus, panjang akar rata-rata 10 cm. Akar kecambah tanaman kakao yang telah berumur satu sampai dua minggu biasanya menumbuhkan akar-akar cabang, dari akar itu tumbuh akar-akar rambut yang jumlahnya sangat banyak, serta pada bagian ujung akar itu terdapat bulu akar yng dilindungi oleh tudung akar. Bulu akar inilah yang berfungsi untuk menghisap larutan dan garam-garam tanah (http:// pustaka.unpad.ac.id, 2009).

Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam pada perkecambahan benih kakao ( Theobroma cacao L.).

Hipotesis Percobaan


Ada pengaruh media tanam pada perkecambahan benih kakao (Theobroma cacao L.).

Kegunaan Percobaan
 Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan II Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
 Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Zaenudin (2004) sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.

Tanaman coklat yang berasal dari biji (generatif) memiliki akar tunggang yang tumbuh lurus ke bawah. Akar lateral pada awal pertumbuhan tumbuh pada leer akar yang tidak jauh dari permukaan tanah. Sedangkan pada tanaman dewasa akar-akar sekunder menyebar sekitar 15 – 20 cm di bawah permukaan tanah (Sunanto, 1992).

Cokelat dapat tumbuh sampai ketinggian 8 – 10 meter dari pangkal batangnya pada permukaan tanah. Tanaman cokelat punya kecenderungan tumbuh lebih pendek bila ditanam tanpa pohon pelindung. Di awal pertumbuhannnya tanaman cokelat yang diperbanyak melalui biji akan menumbuhkan batang utama sebelum menumbuhkan cabang-cabang primer. Letak cabang-cabang primer itu tumbuh disebut jorquette, yang tingginya dari permukaan tanah 1 – 2 meter. Ketinggian jorquette yang ideal adalah 1,2 – 1,5 meter agar tanaman dapat menghasilkan tajuk nyang baik dan seimbang (Siregar, dkk., 2008).

Daun tanaman kakao juga mempunyai sifat dimorphic, sesuai pada cabang mana daun tersebut tumbuh. Daun pada chupon atau pada batang orthotrop letaknya 3/8 menurut arah spiral. Daun pada cabang plagiotrop letaknya ½ selang-seling. Daun pada cabang orthotrop mempunyai tangkai yang panjang, pada pangkal yang menempel di cabang membengkak, dan bentuk daun simetris dengan panjang rata-rata ± 30 cm. Sedangkan daun pada cabang plagiotrop, tangkai daun lebih pendek, bentuk kurang simetris dengan panjang daun rata-rata ± 25 cm (Anonimous, 1996).

Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang (cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas. Penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga (terutama lalat kecil (midge) Forcipomyia, semut bersayap, afid, dan beberapa lebah Trigona) yang biasanya terjadi pada malam hari1. Bunga siap diserbuki dalam jangka waktu beberapa hari. Kakao secara umum adalah tumbuhan menyerbuk silang dan memiliki sistem inkompatibilitas sendiri (lihat penyerbukan). Walaupun demikian, beberapa varietas kakao mampu melakukan penyerbukan sendiri dan menghasilkan jenis komoditi dengan nilai jual yang lebih tinggi (http://id.wikipedia.org, 2009).

Warna buah kakao beraneka ragam, Namur pada dasarnya hanya ada dua macam yaitu: buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi berwarna kuning, dan buah muda yang berwarna merah estela masak menjadi oranye. Kulit buah beralur 10, alur dalam dan dangkal silih bergante. Untuk jenis Criollo dan Trinitario alur buah nampak jelas, kulit tabal tetap lunak dan permukaan kasar. Sedangkan jenis Forastero umumnya permukaan buah halus atau rata dan kulitnya tipis (Susanto, 1995).

Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Dalam pengolahan pascapanen, pulp difermentasi selama tiga hari lalu biji dikeringkan di bawah sinar matahari (http://id.wikipedia.org, 2009).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman cokelat tumbuh baik di hutan tropik, sebab pertumbuhan tanaman cokelat sangat dipengaruhi oleh kelembaban dan suhu. Tanaman colelat dapat tumbuh di daerah yang terletak di antara 20LU dan 20 LS (Sunanto, 1992).

Hal terpenting dari curah hujan yang berhubungan dengan pertanaman dan produksi cokelat adalah distribusinya sepanjang tahun.Hal tersebut berkaitan dengan masa pembentukan tunas muda (flushing) dan produksi. Areal penanaman cokelat yang ideal adalah daerah-daerah bercurah hujan 1.100 – 3.000 mm per tahun (Siregar, dkk., 2008).
Suhu sehari-hari yang terbaik untuk tanaman cokelat adalah sekitar 24– 28C, dan kelembaban udaranya constan dan relatif tinggi yakni sekitar 80% Sunanto, 1992).

Lingkungan hidup alami tanaman cokelat adalah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanaman cokelat dan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek Sejumlah peneliti menyimpulkan bahwa maksimisasi penggunaan cahaya matahari di dalam proses fotosíntesis ternyata tidak memberikan pengaruh merugikan terhadap pertumbuhan dan produksinya. Air dan hara merupakan faktor penentu bilamana cokelat hendak ditanam dengan sistem tanpa tanaman pelindung sehingga tanaman terus-menerus mendapatkan sinar matahari secara penuh (Siregar, dkk., 2008).

Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban udara relatif maksimum 100%, pada malam hari 70% – 80% pada siang hari. Kelembaban yang rendah akan mempengaruhi eapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan kelembaban yang tinggi mengundang perkembangan cendawan patogen (Susanto, 1995).

Kecepatan angin juga mempengaruhi keberhasilan usa tani kakao. Kecepatan angin yang tinggi dan berlangsung lama jelas akan merusak daun kakao, sehingga rontok dan tanaman menjadi gundul. Kerusakan kakao akibat angin tersebut akan mempunyai dampak terhadap turunnya produksi kakao (Zaenudin, 2004).



Tanah


Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan ketinggian kurang dari 600 meter di atas permukaan laut. Lapisan tanah minimum setebal 90 cm, cukup gembur, banyak mengandung humus dan bahan organik, memiliki kadar hara yang tinggi dengan keseimbangan yang baik, memiliki pH 6-7,5, dan mengandung cukup air dan udara (http://ksupointer.com, 2009).

Tanah yang baik untuk kakao adalah tanah yang bila musim hujan drainase baik dan pada musim kemarau dapat menyimpan air. Hal ini dapat terpenuhi jika tanah memiliki tekstur sebagai berikut: fraksi pasir sekitar 50%, fraksi debu sekitar 10%-20%, dan fraksi lempung 30%-40%. Jadi tekstur tanah yang paling baik untuk tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir. Struktur tanah yang remah dan agregat yang mantap dapat menciptakan aerasi yang baik dan memungkinkan perkembangan akar. Tanah latosol dengan liat yang tinggi, kurang baik untuk tanaman kakao. Sedangkan tanah regosol dengan tekstur lempung liat, walaupun mengandung kerikil masih baik untuk tanaman kakao (Susanto, 1995).

Faktor timbulan meliputi elevasi, topografi dan tinggi tempat. Kakao tumbuh baik pada lahan datar atau kemiringan tanah kurang dari 15%. Faktor timbulan yang paling berpengaruh adalah lereng, ini berkaitan dengan tingkat kesuburan, manajemen, pemeliharaan, dan pemanenan (Zaenudin, 2004).

Tanaman kakao menghendaki tanah yang mudah diterobos oleh air tanah dan tanah harus dapat menyimpan air tanah terutama pada musim kemarau, aerase dan draenase yang baik untuk tanaman kakao adalah tanah liat berpasir lempung liat berpasir (Sutherland, 1972).

Media Tanam

Jenis tanah berhubungan sangat erat dengan plastisitas, permeability, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografik tertentu akan tetapi berhubungan adanya variasi yang terdapat dalam sistem mineralogi fisik tanah, maka belum berlaku untuk semua jenis tanah di permukaan bumi (Buckman dan Brady, 1982).

Partikel-partikel pasir yang ukurannya yang jauh lebih besar dan memiliki permukaan yang kecil (dengan berat yang sama) dibandingkan dengan debu dan liat. Oleh karena itu, peranannya dalam mengatur sifat-sifat tanah, semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, semakin banyak pori-pori di antara partikel tanah dan hal ini dapat memperlancar gerakan udara/air (Hartman, et al., 1981).

Bila tanah terlalu banyak mengandung pasir, tanah ini kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan (specific surface) yang kecil, sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Bila jumlah pasir tidak terlalu banyak pengaruhnya terhadap tanah akan baik karena cukup longgar, air akan mudah diserap dan cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah (Hasibuan, 2006).

Distribusi ukuran partikel dan kelas tekstur mempunyai korelasi dengan air, udara, unsur hara, mintakat perakaran, kemudahan diolah dan yang terpenting adalah masalah kesuburan. Sifat umum tanah sangat ditentukan oleh tekstur (Sutanto, 2005).

















BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl yang dimulai dari bulan Agustus 2009 sampai dengan November 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih kakao (Theobroma cacao L.) sebagai objek pengamatan, tanah dan pasir sebagai media tanam, polibag sebagai wadah penanaman, label nama untuk menandai perlakuan tiap polibag, air untuk penyiraman, serta abu gosok untuk membersihkan pulp kakao.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mencampur tanah, gembor untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur tinggi tunas, jangka sorong untuk mengukur diameter batang tunas, dan alat tulis untuk mencatat data pengamatan.










Metode Percobaan
Metode percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yaitu :
M0 : Tanah
M1 : Tanah : Pasir (2 : 1)
M2 : Pasir
Jumlah Blok : 3
Jumlah Petakan : 9
Jumlah Benih Perpetak : 10
Jumlah Benih Seluruhnya : 90 benih
Sehingga diperoleh :
M0 M1 M1
M2 M0 M1
M1 M2 M0
Dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :
Yijk = µ + τi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
Dimana :
Yijk = hasil pengamatan untuk unit percobaan ke-I dengan perlakuan media tanam taraf ke-j dan biji pada taraf ke-k
µ = nilai tengah
τi = respon blok ke-i
αj = respon pemberian media tanam pada taraf ke-j
βk = respon perlakuan biji pada taraf ke-k
εijk = respon interaksi media tanam pada taraf ke-j dengan perlakuan biji pada taraf ke-k





































Bagan Percobaan




U








S












PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Media Tanam
Media yang digunakan pada percobaan ini adalah tanah dan pasir yang diisikan ke dalam polibag kemudian disiram terlebih dahulu dengan air sebelum biji ditanam.

Penanaman
Media tanam yang telah disiram diletakkan di tempat yang telah ditentukan. Biji ditanam dengan mata tumbuhnya satu arah dari perut biji menghadap ke atas dan ditekan dengan jari sehingga bagian punggung biji masih berada di atas permukaan tanah.

Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap sore hari dan tergantung keadaan cuaca.

Penyiangan
Penyiangan dilakukan seminggu sekali dengan menggunakan tangan saat gulma mulai tumbuh di media tanam.



Pengamatan Parameter
Persentase Perkecambahan (%)
Persentase perkecambahan dihitung dengan menggunakan rumus :
N1T1 + N2T2 + NxTx
Persentase Perkecambahan (%) = x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan

Laju Perkecambahan (hari)
Laju perkecambahan dihitung dengan menggunakan rumus :
N1.T1 + N2.T2 + … + Nx.Tx
Laju Perkecambahan (hari) =
Jumlah benih yang berkecambah

Tinggi Kecambah (cm)
Tinggi kecambah yang dikecambahkan melalui biji dihitung mulai dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi tunas tersebut dengan menggunakan meteran. Tinggi kecambah dihitung seminggu sekali.

Diameter Batang (mm)
Diameter batang diukur dengan menggunakan jangka sorong. Diukur dari pangkal bawah tanaman tersebut. Diameter batang dihitung seminggu sekali.



HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil


Dari hasil percobaan yang dilakukan diperoleh bahwa persentase perkecambahan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 100 % dan persentase perkecambahan terendah terdapat pada perlakuan M2 yaitu sebesar 66,60 % dan laju perkecambahan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 3,33 hari dan laju perkecambahan terendah pada perlakuan M2 yaitu sebesar 4,5 hari serta media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman (cm) dan diameter batang (mm).

Persentase Perkecambahan (%)
Dari hasil percobaan diketahui bahwa persentase perkecambahan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 100% dan t persentase perkecambahan terendah pada perlakuan M2, yaitu 66,60 %.
Laju Perkecambahan (hari)
Dari hasil percobaan diketahui bahwa laju perkecambahan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 3,33 hari dan laju perkecambahan terendah pada perlakuan M2 yaitu 4,5 hari.




Tinggi Tanaman (cm)

Hasil sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 4, 6, 8, 10 dan 12. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perbedaan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi kecambah pada 1, 2, 3, 4 dan 5 MST.
Rataan tinggi kecambah pada 5 MST dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Rataan Tinggi Tanaman (cm) 5 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
M0
M1
M2 13.00
14.50
10.13
11.00
13.80
10.50 12.00
13.90
10.60 36.00
42.20
31.23 12.00
14.07
10.41
Total 27.50 34.80 25.90 78.20 26.07
Rataan 13.75 12.40 12.95 39.10 13.03

Dari tabel 1 diketahui bahwa rataan tinggi tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 14.07 cm dan rataan tinggi tanaman terendah pada perlakuan M2, yaitu 10.41 cm.
Diameter Batang (mm)

Hasil sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 14, 16, 18, dan 20. Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perbedaan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap diameter batang pada 2, 3, 4, 5 MST.



Rataan diameter batang pada 4 MST dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Rataan Diameter Batang (mm) 5 MST
Perlakuan Blok Total Rataan
I II III
M0
M1
M2 0.93
1.27
0.72 0.99
1.42
0.83 1.10
1.62
0.70 3.02
4.31
2.55 1.01
1.44
0.75
Total 2.20 2.41 2.72 7.33 2.44
Rataan 1.10 1.21 1.36 3.67 1.22

Dari tabel 2 diketahui bahwa rataan diameter batang tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 1.4 mm dan rataan diameter batang terendah pada M2 yaitu 0.75 mm.

Pembahasan
Dari hasil percobaan diperoleh bahwa persentase perkecambahan tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 100%, dan terendah pada perlakuan M2 yaitu sebesar 66.60%. Ini menunjukkan bahwa pada media pasir lebih memudahkan akar kecambah kakao untuk berkembang dimana juga didukung oleh bahan makanan yang terdapat di dalam biji kakao yang ditanam. Hal ini sesuai dengan literatur Hartman, et al. (1981) yang menyatakan bahwa semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, semakin banyak pori-pori di antara partikel tanah dan hal ini dapat memperlancar gerakan udara/air.

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa laju perkecambahan tertinggi terdapat pada perlakuan M2 yaitu sebesar 4.5 hari, dan terendah terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 3.33 hari. Ini menunjukkan bahwa penggunaan pasir sebagai media tanam sesuai untuk perkecambahan biji kakao. Hal ini sesuai dengan literatur Sutherland (1972) yang menyatakan bahwa tanaman kakao menghendaki tanah yang mudah diterobos oleh air tanah dan tanah harus dapat menyimpan air tanah terutama pada musim kemarau, aerase dan draenase yang baik untuk tanaman kakao adalah tanah liat berpasir lempung liat berpasir.

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa rataan tinggi kecambah 5 MST tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 14.07 cm, dan terendah pada perlakuan M2 yaitu sebesar 10.41 cm. Ini menunjukkan bahwa penggunaan tanah yang ditambahkan pasir sangat baik untuk pertumbuhan tinggi tanaman dengan memperhatikan pembersihan pulp pada biji tanaman. Hal in sesuai dengan pernyataan Susanto (1995) bahwa tekstur tanah yang paling baik untuk tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir. Struktur tanah yang remah dan agregat yang mantap dapat menciptakan aerasi yang baik dan memungkinkan perkembangan akar.

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa rataan tinggi kecambah 5 MST tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 14.07 cm, dan terendah pada perlakuan M2 yaitu sebesar 10.41 cm. Ini menunjukkan bahwa penggunaan tanah yang ditambahkan pasir sangat baik untuk pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Setiawan (2000) yang menyatakan tekstur tanah yang paling baik untuk tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir. Fungsi utamanya adalah untuk perbaikan sifat fisik tanah semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, semakin banyak pori – pori antar partikel tanah dan dapat memperlancar gerakan udara dan air.

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa rataan diameter batang 5 MST tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu sebesar 1.44 mm, dan terendah pada perlakuan M2 yaitu sebesar 0.75 mm. Ini menunjukkan bahwa media juga mempengaruhi pertumbuhn dan perkembangan batang, dimana pasir lebih memudahkan akar tanaman untuk tumbuh berkembang dikarenakan keadaan aerasi tanah yang baik. Hal ini sesuai dengan literatur Hasibuan (2006) yang menyatakan bahwa bila jumlah pasir tidak terlalu banyak pengaruhnya terhadap tanah akan baik karena cukup longgar, air akan mudah diserap dan cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah.





KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Persentase perkecambahan tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 100% dan terendah pada perlakuan M2 yaitu 66.60%
2. Laju perkecambahan tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan M2 yaitu 4.5 hari dan terendah pada perlakuan M1 yaitu 3.33 hari
3. Rataan tinggi kecambah 5 MST tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 14.07 cm dan terendah pada perlakuan M2 yaitu 10.41 cm
4. Rataan diameter batang 5 MST tertinggi terdapat pada perlakuan M1 yaitu 1.44 mm dan terendah pada perlakuan M2 yaitu 0.75 mm
5. Media dan pulp berperan penting dalam perkecambahan dan pertumbuhan tanaman kakao

Saran
Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan sebaiknya dilakukan percobaan ataupun penelitian lebih lanjut.








DAFTAR PUSTAKA



Anonimous. 1996. Vademecum Kakao. PT Perkebunan Nusantara IV (Persero). Bah Jambi-Pematang Siantar, Sumatera Utara-Indonesia.

Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.

Hartmann, H.T., J. William, Klackers, M. Anton dan Konfafrek. 1981. Plant Science. Prentice Hall Inc. New Jersey.

Hasibuan, B.E. 2006. Ilmu Tanah. USU Press. Medan.

http://pustaka.unpad.ac.id/wp.../06/laporan_akhir_intani_dipa_2007.pdf. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2009.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kakao. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2009.

http://www.litbang.deptan.go.id/special/komoditas/b4kakao. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2009.

http://ksupointer.com/2009/tanaman-kakao. Diakses pada tanggal 27 Oktober 2009.

Siregar, T.H.S., Slamet R., dan Laeli N. 2008. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Spillane, J.J. 1995. Komoditi Kakao Peranannya Dalam Perekonomian Indonesia. Kanisius. Yogyakarta.

Sunanto, H. 1992. Cokelat Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonominya. Kanisius. Yogyakarta.

Susanto, F.X. 1995. Tanaman Kakao Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius. Yogyakarta.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta.

Sutherland, J. A., 1972. Introduction to Tropical Agriculture. Third Edition. Mc – Hill Book Company. Sindey.

Zaenudin. 2004. Panduan Lengkap Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment please...