Laman

Sabtu, 31 Oktober 2009

pengendalian gulma jajagoan (Echinocholoa crussgalli L.) pada pertanaman padi (Oryza sativa L.)

PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinocholoa crussgalli L.) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)




PAPER




OLEH :

JUNITA SINAMBELA
070301054/BDP-AGRONOMI
7












LABORATORIUM ILMU GULMA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinocholoa crussgalli L.) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)




PAPER




OLEH :

JUNITA SINAMBELA
070301054/BDP-AGRONOMI
7



Paper Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Ilmu Gulma Departemen Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan



Diperiksa Oleh:
Asisten Korektor



(Rotambatua Nababan)
NIM. 050301035




LABORATORIUM ILMU GULMA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari paper ini adalah “Pengendalian Gulma Jajagoan (Echinochloa crussgalli L.) Pada Pertanaman Padi (Oryza sativa L.)”. Paper ini disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Ilmu Gulma Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Gulma yaitu Prof.Dr.S.J.Damanik, Prof.Dr.Edison Purba, Ir.Toga Simanungkalit, MP serta para asisten Laboratorium Ilmu Gulma yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan paper ini.

Penulis menyadari paper ini banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan paper ini.

Akhir kata penulis mengucapakan terima kasih dan semoga paper ini bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2009



Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penulisan 3
Kegunaan Penulisan 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Gulma 4
Habitat dan Penyebaran 6
PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinocholoa crussgalli L.) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)

Cara Pengendalian 8
Waktu Pengendalian 10
Jenis - Jenis Bahan Untuk Pengendalian 12

KESIMPULAN 14

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN






PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat hasil padi yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan karantina; secara biologi dengan menggunakan organisme hidup; secara fisik dengan membakar dan menggenangi, melalui budi daya dengan pergiliran tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan mencabut, membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida. Gulma pada pertanaman padi umumnya dikendalikan dengan cara mekanis dan kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi
merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi melalui pemaduan dengan cara pengendalian lainnya (http://balitsereal.litbang.deptan.go.id, 2009).

Gulma ialah tanaman yang tumbuhnya tidak diinginkan. Gulma di suatu tempat mungkin berguna sebagai bahan pangan, makanan ternak atau sebagai bahan obat-obatan. Dengan demikian, suatu spesies tumbuhan tidak dapat diklasifikasikan sebagai gulma pada semua kondisi. Namun demikian, banyak juga tumbuhan diklasifikasikan sebagai gulma dimanapun gulma itu berada karena gulma tersebut umum tumbuh secara teratur pada lahan tanaman budidaya (Sebayang, 2005).

Kehadiran gulma dalam areal pertanaman sangat tidak dikehendaki karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperoleh unsur hara, air, dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup besar. Persen kehilangan hasil panen akibat gulma di negara bagian Kolumbia (Amerika Serikat) terhadap kacang-kacangan sebesar 51,1 %, jagung 45,6 %, kentang 16,6 %, dan padi 54,4 % (Wudianto, 1999).

Echinochloa crussgalli adalah gulma musim panas tahunan dengan batang tebal yang dapat mencapai 5 kaki tingginya. Salah satu dari sedikit rumput liar yang tidak memiliki ligula. Ditemukan di seluruh Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko sebagai gulma dari banyak agronomi tanaman, pembibitan, lanskap, dan rumput (http://www.ppws.vt.edu, 2009a).

Herbisida adalah pestisida yang digunakaan untuk mengendalikan gulma. atau tumbuhan penggenggu yang tidak dikehendaki. Karena herbisida aktif terhadap tumbuhan, maka herbisida bersifat fitotoksik (Djojosumarto, 2000).

Tujuan Percobaan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengendalian gulma jajagoan (Echinochloa crussgali L.) pada pertanaman padi (Oryza sativa L.).

Kegunaan Percobaan


 Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Ilmu Gulma Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
 Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan..

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Berdasarkan Nasution (1986) taksonomi gulma padi-padian adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Poales Famili : Poaceae Genus : Echinochloa Spesies : Echinochloa crussgalli L.

Akar adalah seperti mahkota, berkembang dengan baik, menembus ke dalam tanah turun sampai 50 cm (http://www.agroatlas.ru, 2009a).

Batang gulma ini biasanya tegak, tebal, tanpa bulu (glabrous), sering bercabang di bagian bawah node, dan mungkin berwarna merah ke merah marun di pangkalan (http://www.ppws.vt.edu, 2009b).

Daunnya rata/datar dengan panjang 10 – 20 cm, lebar 0,5 – 1 cm. Bentuk garis meruncing ke arah ujung, yang mula-mula tumbuh tegak kemudian merunduk, panjang 5 – 21 cm, terdiri dari 5 – 40 cm tandan. Biasanya terbentuk piramid sempit, warna hijau sampai ungu tua (http://cetlanget.wordpress.com, 2009a).
Bunga memiliki seedhead malai terminal berkisar 4-16 inci panjangnya. Malai mungkin hijau ke warna ungu dan bulir terdiri dari individu yang dapat mengembangkan 2-10 mm terminal lama (http://www.ppws.vt.edu, 2009c).

Bulirnya banyak, anak bulir panjang 2 – 3,5 mm, berambut. Kepala sarinya mempunyai diameter 0,6 – 0,85 mm. Buah E. crusgalli disebut caryopsis, berbentuk lonjong, tebal, panjang 2 – 3,5 mm. Biji yang tua berwarna kecoklat-coklatan sampai kehitam-hitaman (http://cetlanget.wordpress.com, 2009b).

Habitat dan Penyebaran


Distribusi tumbuhan ini meliputi Kaukasus, Siberia Barat, Siberia Timur di selatan, dan Timur Jauh, Asia Tengah; selatan Skandinavia, Eropa Tengah dan Atlantik, Mediterania, Asia Minor, Mongolia, Himalaya, Jepang, Cina, Amerika Utara, Amerika Selatan, Australia, Afrika. Ekologinya yaitu thermophil, hygrophilous, lebih suka ringan oleh struktur mekanik, basah, tidak dikompresi, agak kaya, sangat lembut tanah aluvial. Tumbuh baik terutama di lembab (irigasi dan banjir) ladang, padang rumput basah dan basah. Kelompok tanaman bertemu di padang rumput kering dan ruderal daerah. Daur kelembaban bertahan buruk. Luas digarap gulma pada tanaman di zona stepa. Dalam zona taiga kehilangan makna sebagai tanaman gulma eurysynusic, pertemuan jarang. Mencapai perbatasan utara pertanian. Kelimpahan dan terjadinya penurunan dari selatan ke utara. Ini adalah berlebihan dalam zona Chernozem, Kaukasus dan Timur Jauh. (http://www.agroatlas.ru, 2009b).

Terdistribusi dan tersebar luas di semua wilayah hangat di dunia, baik yang beriklim sedang dan tropis; sering berumput. Di wilayah baratdaya AS, itu terjadi dalam lembab, sering terganggu tanah liat, di rawa-rawa, daerah rembesan, dan di lumpur dan air danau, selokan dan dataran banjir. Ekologi tumbuhan ini mulai dari boreal lembab atau basah hingga tropis sangat kering atau daerah hutan hujan tropis. Echinochloa crussgalli dilaporkan mentoleransi presipitasi tahunan 3,1-25,0 dm (berarti dari 59 kasus = 9,7), suhu tahunan 5,7-27,8 ° C (rata-rata dari 59 kasus = 14,9), dan pH 4,8-8,2 (berarti dari 53 kasus = 6,4). Disesuaikan dengan hampir semua jenis tempat-tempat yang basah, dan sering gulma yang umum di sawah, pinggir jalan, daerah dibudidayakan, dan bidang kosong. Tumbuh di berbagai situs basah seperti selokan, daerah rendah di croplands subur dan basah limbah, sering tumbuh di air. Berhasil di daerah dingin, tapi lebih baik disesuaikan dengan daerah di mana suhu tahunan rata-rata 14-16 ° C. Tidak dibatasi oleh pH tanah (http://www.hort.purdue.edu, 2009).

E. crusgalli terdapat di tempat-tempat basah, kadang-kadang terdapat juga di tempat setengah basah. Di sawah tumbuh bersama padi, akan tetapi umumnya lebih tinggi dan berbunga lebih dulu dari pada padi (http://cetlanget.wordpress.com, 2009c).

PENGENDALIAN GULMA JAJAGOAN (Echinochloa crussgali) PADA PERTANAMAN PADI (Oryza sativa L.)



Cara Pengendalian


Metode pengendalian gulma dapat dikelompokkan ke dalam kelompok kultur teknis, manual, mekanis, kimia dan biologi. Masing-masing pengendalian gulma memiliki keunggulan dan kerugian, dan pengendalian gulma secara tunggal jarang mencukupi bila menginginkan agar pengendalian gulma tersebut efektif dan ekonomis (Sebayang 2005).

Pengendalian gulma dengan sistem budidaya disebut juga cara pengendalian secara ekologis, oleh karena menggunakan prinsip-prinsip ekologi yaitu mengelola lingkungan sedemikian rupa sehingga mendukung dan menguntungkan pertanaman tetapi merugikan bagi gulmanya. Di dalam pengendalian gulma dengan sistem budidaya ini terdapat beberapa cara yaitu: a) Pergiliran tanaman bertujuan untuk mengatur dan menekan populasi gulma dalam ambang yang tidak membahayakan. Contoh: padi-tebu-kedelai, padi-tembakau-padi. Tanaman tertentu biasanya mempunyai jenis gulma tertentu pula, karena biasanya jenis gulma itu dapat hidup dengan leluasa pada kondisi yang cocok untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh gulma teki (Cyperus rotundus) sering berada dengan baik dan mengganggu pertanaman tanah kering yang berumur setahun (misalnya pada tanaman cabe, tomat, dan sebagainya). Demikian pula dengan wewehan (Monochoria vaginalis) di sawah-sawah. Dengan pergiliran tanaman, kondisi mikroklimat akan dapat berubah-ubah, sehingga gulma hidupnya tidak senyaman sebelumnya. b) Budidaya pertanaman dilakukan dengan penggunaan varietas tanaman yang cocok untuk suatu daerah merupakan tindakan yang sangat membantu mengatasi masalah gulma. Penanaman rapat agar tajuk tanaman segera menutupi ruang-ruang kosong merupakan cara yang efektif untuk menekan gulma. Pemupukan yang tepat merupakan cara untuk mempercepat pertumbuhan tanaman sehingga mempertinggi daya saing pertanaman terhadap gulma. Waktu tanaman lambat, dengan membiarkan gulma tumbuh lebih dulu lalu diberantas dengan pengolahan tanah atau herbisida. Baru kemudian tanaman ditanam pada tanah yang sebagian besar gulmanya telah mati terberantas. c) Penaungan dengan tumbuhan penutup (cover crops) yang berguna untuk mencegah perkecambahan dan pertumbuhan gulma, sambil membantu pertanaman pokoknya dengan pupuk nitrogen yang kadang-kadang dapat dihasilkan sendiri.

Pengendalian gulma secara biologis (hayati) ialah pengendalian gulma dengan menggunakan organisme lain, seperti insekta, fungi, ternak, ikan dan sebagainya. Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi biasanya hanya ditujukan terhadap suatu species gulma asing yang telah menyebar secara luas dan ini harus melalui proses penelitian yang lama serta membutuhkan ketelitian. Juga harus yakin apabila species gulma yang akan dikendalikan itu habis, insekta atau fungi tersebut tidak menyerang tanaman atau tumbuhan lain yang mempunyai arti ekonomis. Sebagai contoh pengendalian biologis dengan insekta yang berhasil ialah pengendalian kaktus Opuntia spp. Di Australia dengan menggunakan Cactoblastis cactorum, dan pengendalian Salvinia sp. dengan menggunakan Cyrtobagous singularis. Demikian juga eceng gondok (Eichhornia crassipes) dapat dikendalikan secara biologis dengan kumbang penggerek Neochetina bruchi dan Neochetina eichhorniae. Sedangkan jamur atau fungi yang berpotensi dapat mengendalikan gulma secara biologis ialah Uredo eichhorniae untuk eceng gondok, Myrothesium roridum untuk kiambang , dan Cerospora sp. untuk kayu apu. Di samping pengendalian biologis yang tidak begitu spesifik terhadap spesies-spesies tertentu seperti penggunaan ternak dalam pengembalaan, kalkun pada perkebunan kapas, ikan yang memakan gulma air dan sebagainya.

Pengendalian gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman, mempunyai efek residu terhadap alam sekitar dan sebagainya. Sehubungan dengan sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil. Untuk berhasilnya cara ini memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang cukup dan untuk itu akan diuraikan tersendiri lebih lanjut.

Yang dimaksud dengan pengendalian gulma secara terpadu yaitu pengendalian gulma dengan menggunakan beberapa cara secara bersamaan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang sebaik-baiknya. Walaupun telah dikenal beberapa cara pengendalian gulma antara lain secara budidaya, fisik, biologis dan kimiawi serta preventif, tetapi tidak satupun cara-cara tersebut dapat mengendalikan gulma secara tuntas. Untuk dapat mengendalikan suatu species gulma yang menimbulkan masalah ternyata dibutuhkan lebih dari satu cara pengendalian. Cara-cara yang dikombinasikan dalam cara pengendalian secara terpadu ini tergantung pada situasi, kondisi dan tujuan masing-masing, tetapi umumnya diarahkan agar mendapatkan interaksi yang positif, misalnya paduan antara pengolahan tanah dengan pemakaian herbisida, jarak tanam dengan penyiangan, pemupukan dengan herbisida dan sebagainya, di samping cara-cara pengelolaan pertanaman yang lain.
(http://fp.uns.ac.id, 2009).

Pemberantasan gulma pada padi sawah dapat dilakukan secara mekanik dengan penyiangan manual, tetapi kurang efetif karena memerlukan waktu dan tenaga
yang banyak. Untuk pengendalian secara kimiawi sebaiknya menggunakan senyawa
kimia yang selektif untuk menghambat atau mematikan gulma tetapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman padi. Tanggap atau respon beberapa jenis gulmaterhadap herbisida amat tergantung pada jenis herbisida yang digunakan itulah
yang digolongkan kedalam herbisida selektif atau non selektif. Herbisida berbahan aktif 2,4 dimetilamina (2,4 D) merupakan jenis herbisida yang selektif untuk pertanaman padi, bersifat sistemik artinya dapat bergerak dari daun dan bersama proses metabolisme ikut kedalam jaringan tanaman sasaran (http://stppgowa.ac.id, 2009).

Waktu Pengendalian


Pada dasarnya pengendalian gulma telah dilakukan sejak pra kultivasi yaitu sebelum tanah diolah dan sebelum ada tanaman hingga pasca tumbuh tanaman (post emergence). Dalam hal ini pengendalian yang akan dibahas lebih lanjut yaitu pengendalian secara kimiawi/kemis yaitu dengan aplikasi herbisida. Klasifikasi berdasarkan waktu aplikasi yaitu: a) pra kultivasi, herbisida diaplikasikan sebelum tanah diolah dan sebelum ada tanaman (paraquat) b) pra tanam, herbisida diaplikasikan sebelum tanam, sesudah tanah diolah (triazin, EPTC) c) pra tumbuh, herbisida diaplikasikan sebelum tanaman tumbuh (muncul) (nitralin) d) pasca tumbuh, herbisida diaplikasikan setelah tanaman tumbuh dan muncul, demikian pula gulmanya (MCPA atau propanil pada padi, glyphosat dan dalapon pada karet) (Moenandir, 1990).

Gulma harus dibuang dari tanaman padi sesegera mungkin. Dengan demikian herbisida harus diaplikasikan selama fase pertumbuhan awal tanaman. Waktu aplikasi herbisida bergantung pada struktur herbisida, gulma sasaran, cuaca, praktek budidaya. Herbisida dapat diaplikasikan pada beberapa periode sebelum atau selama periode pertumbuhan tanaman. Pada umumnya herbisida digunakan pada saat pre planting (pra tanam), pre emergence (pra tumbuh) dan post emergente (pasca tumbuh) (Sebayang, 2005).

Herbisida pra-tumbuh adakalanya harus diaplikasikan sesudah tanaman pokoknya ditanam. Misalnya, pada padi sawah, herbisida pra-tanam atau herbisida yang early post emergence harus diaplikasikan pada benih padi yang dipindah-tanamkan. Untuk keperluan ini, harus digunakan herbisida yang benar-benar selektif untuk padi dan harus dilakuikan secara hati-hati sesuai dengan rekomendasinya. Kesalahan menentukan saat aplikasi dapat mengakibatkan keracunan pada tanaman pokok atau herbisida tidak bekerja efektif. (Djojosumarto, 2000).
Jenis - Jenis Bahan Untuk Pengendalian


Senyawa bahan anorganik yang berasal dari garam dan arang merupakan bahan kimia yang pertama kali digunakan untuk mengendalikan gulma. Berikut merupakan contoh herbisida anorganik yaitu: (1) amonium sulfamat (NH4SO3NH2), (2) borat, (3) natrium khlorat (NaClO3). Sedangkan untuk herbisida organik contohnya yaitu: minyak petrol, arsenik, asam fenoksi-alifatik, difenil eter, nitroanilin, urea, karbamat, senyawa alifatik, fenol, piridazin, piridin (contohnya parakuat), triazin, urasil, heterosiklik nitrogen (tanpa kelas), senyawa nitril, tiokarbamat, sineol, dan herbisida lainnya (seperti metil bromida, glifosat, dan oksifluorfen). Ada pula yang menggunakan mikroherbisida yaitu golongan herbisida yang mengendalikan gulma dengan menggunakan penyakit uang ditimbulkan oleh bakteri, jamur, dan virus. Misalnya Phytophtora palmivora yang digunakan untuk mengendalikan Morrenia odorata, gulma noksius pada tanaman jeruk. Selain itu, ada juga Colletotrichum gloeosporioides yang diperdagangkan dengan merek dagang tertentu dan digunakan pada tanaman padi dan kedelai di Amerika (Sastroutomo, 1992).

Sebagian besar herbisida adalah senyawa organik. Hebisida yang dianggap ideal jika efek racunnya aman, selektif ke padi, efisien dari segi biaya, efektif terhadap gulma, dan tidak meninggalkan pengaruh yang lama di lingkungan. Berdasarkan kelompok kimianya, herbisida dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1)Anilid (butaklor, pretilaklor dan propanil); 2)Bipiridilium (parakuat); 3)Dinitro-anilin (butralin, pendimetalin); 4)Difenil eter (difenox, fluorodiven, oksifluorfen); 5)Organofosfat (glifosat); 6)Asam fenoksi (2,4-D, MCPA); 7)Tiokarbamat (molonate, tiobenkarb); 8)Triazin (simetrin, dimetametrin), 9)Sulfonil urea (bensulfuron), 10)Asam polisiklik alkanoik (fenoxaprop); dan herbisida non kelompok lainnya seperti Bentazon, Chlomethoxynil, Chinmethylin, dll (Sebayang, 2005).











KESIMPULAN

1. Echinochloa crussgalli merupakan salah satu gulma penting pertanaman padi.
2. Gulma dapat menurunkan hasil panen padi yang cukup besar yaitu sekitar 54,4 %.
3. Metode pengendalian gulma dapat dikelompokkan ke dalam kelompok kultur teknis, manual, mekanis, kimia, biologi dan pengendalian gulma terpadu yang merupakan gabungan dari beberapa metode tersebut.
4. Pada dasarnya pengendalian gulma telah dilakukan sejak pra kultivasi yaitu sebelum tanah diolah dan sebelum ada tanaman hingga pasca tumbuh tanaman (post emergence) dan mencakup aspek kultur teknis yaitu penyiangan tanaman.
5. Berdasarkan kelompok kimianya, herbisida dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1)Anilid (butaklor, pretilaklor dan propanil); 2)Bipiridilium (parakuat); 3)Dinitro-anilin (butralin, pendimetalin); 4)Difenil eter (difenox, fluorodiven, oksifluorfen); 5)Organofosfat (glifosat); 6)Asam fenoksi (2,4-D, MCPA); 7)Tiokarbamat (molonate, tiobenkarb); 8)Triazin (simetrin, dimetametrin), 9)Sulfonil urea (bensulfuron), 10)Asam polisiklik alkanoik (fenoxaprop); dan herbisida non kelompok lainnya seperti Bentazon, Chlomethoxynil, Chinmethylin, dll.




DAFTAR PUSTAKA

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/bpadi/satulima.pdf. 2009. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009.

http://cetlanget.wordpress.com/2009/07/12/identifikasi-gulma-gulma-dominan-pada-pertanaman-padi-sawah-dan-usaha-pengendaliannya-di-kecamatan-samatiga-kabupaten-aceh-barat/. 2009a,b&c. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009.

http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-4.htm. 2009. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009.

http://stppgowa.ac.id/download/Vol_3_No_1.../MuhammadKadir.pdf. 2009. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009.

http://www.agroatlas.ru/en/content/weeds/Echinochloa_crusgalli/&ei=WOPiSoTHJcuJkQXPri6AQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=15&ved=0CDcQ7gEwDg&prev=/search%3Fq%3DEchinochloa%2Bcrusgalli%26hl%3Did%26sa%3DG, 2009a&b. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009.

http://www.hort.purdue.edu/newcrop/duke_energy/Echinochloa_crusgalli.html&ei=WOPiSoTHJcuJkQXPri6AQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=11&ved=0CCsQ7gEwCg&prev=/search%3Fq%3DEchinochloa%2Bcrusgalli%26hl%3Did%26sa%3DG. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009.

http://www.ppws.vt.edu/scott/weed_id/echcg.htm&ei=H-biSvzlNcz-kAXTg4i2AQ&sa=X&oi=translate&ct=result&resnum=5&ved=0CBcQ7gEwBDgK&prev=/search%3Fq%3DEchinochloa%2Bcrusgalli%26hl%3Did%26sa%3DN%26start%3D10, 2009a,b&c. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2009.

Moenandir, J. 1990. Fisiologi Herbisida. CV Rajawali Pers. Jakarta.

Nasution, U. 1986. Gulma dan Pengendaliannya di Perkebunan Kaaret Sumatera Utara dan Aceh. PT Gramedia. Jakarta.

Sastroutomo, S.S. 1992. Pestisida Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sebayang, H.T. 2005. Gulma dan Pengendaliannya pada Tanaman Padi. Brawijaya University Press. Malang.

Wudianto, R. 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.

1 komentar:

  1. wow, berguna sekali. Terimakasih ya gan, numpang Copy dikit. ^^

    BalasHapus

comment please...