Laman

Rabu, 07 Oktober 2009

pengaruh penggosokan benih dan media tanam pada perkecambahan benih karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

PENGARUH PENGGOSOKAN BENIH DAN MEDIA
TANAM PADA PERKECAMBAHAN BENIH
KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg)




LAPORAN




OLEH :

JUNITA SINAMBELA
070301054/BDP-AGRONOMI
16










LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
PENGARUH PENGGOSOKAN BENIH DAN MEDIA
TANAM PADA PERKECAMBAHAN BENIH
KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

LAPORAN

OLEH :

JUNITA SINAMBELA
070301054/BDP-AGRONOMI
16

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan
Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh
Dosen Penanggungjawab



(Ir. Balonggu Siagian, MS)
NIP. 130 806 538


Diketahui Oleh:
Asisten Koordinator



(Eko Andi Pasaribu)
NIM. 040301001
Diperiksa Oleh:
Asisten Korektor



(Hayati Silalahi)
NIM. 040301037



LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
ABSTRACT
The objective of this experiment was to know effect of rubbed and media in growing of rubber seed. The experiment was conducted in Agronomi Tanaman Perkebunan I Laboratory Land, Agriculture Faculty, North Sumatera University with ± 25 m above sea level, from March to April 2009. The experiment used Randomized Complete Block Design (RAK) with 2 factors and 4 replications. The first factor was rubbed, with no rubbed and with rubbed. The second one was the media that consist of sand, sand and top soil, top soil. The experiment result showed that rubbed gave significant effect of presentation of seed, speed of seed growth, height of plumule. Media gave significant effect of speed of seed growth ang height of plumule. Interaction between rubbed ang media did’nt gave effect of all the parameter.

Key words : media, rubbed, seed


















ABSTRAK

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggosokan benih dan media tanam pada perkecambahan benih karet. Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan I Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada ketinggian tempat ± 25 m dpl dari bulan Maret sampai April 2009 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan dan empat ulangan. Faktor I adalah penggosokan, yaitu benih tanpa digosok, benih yang digosok. Faktor II adalah faktor media yaitu pasir, pasir dan top soil, top soil. Hail percobaan menunjukkan bahwa penggosokan benih berpengaruh nyata terhadap persentase perkecambahan benih, laju perkecambahan benih, tinggi plumula. Media berpengaruh nyata terhadap laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula. Sedangkan interaksi antara penggosokan dan media tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

Kata kunci : media, penggosokan, benih














RIWAYAT HIDUP

Junita Sinambela lahir pada tanggal 2 April 1989 di Medan. Anak pertama dari empat bersaudara. Anak dari Bapak P. Sinambela dan Ibu N. Manurung.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
SD Negeri 050721 di Gohor Lama Tamat tahun 2001
SMP Negeri 1 di Hinai Tamat tahun 2004
SMA Negeri 1 di Stabat Tamat tahun 2007

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB pada pilihan pertama pada tahun 2007 sampai sekarang.
























KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Pengaruh Penggosokan Benih dan Media Tanam pada Perkecambahan Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)” yang merupakan salah satu syarat unutk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Balonggu Siagian, MS dan Ir. Charloq Nababan, MP selaku dosen mata kuliah Agronomi Tanaman Perkebunan serta kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2009



Penulis



DAFTAR ISI
ABSTRACT i
ABSTRAK ii
RIWAYAT HIDUP iii
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Percobaan 3
Hipotesis Percobaan 3
Kegunaan Percobaan 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman 4
Syarat Tumbuh 5
Iklim 5
Tanah 6
Media Tanam 7
Penggosokan Benih Karet 8

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan 10
Bahan dan Alat 10
Metode Percobaan 10

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Media Tanam 12
Penggosokan Benih 12
Penanaman Benih 12
Pemeliharaan Tanaman 12
Penyiraman 12
Penyiangan 13
Pengamatan Parameter 13
Persentase Perkecambahan (%) 13
Tinggi Plumula (cm) 13
Laju Perkecambahan (hari) 13


HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 15
Pembahasan 20
KESIMPULAN
Kesimpulan 24
Saran 24

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN




























DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Rataan persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan
penggosokan dan media tanam 16

2. Rataan laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan
penggosokan dan media tanam 17

3. Rataan tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan
penggosokan dan media tanam 19

































DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Histogram persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan
penggosokan dan media tanam 17

2. Histogram laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan
penggosokan dan media tanam 18

3. Histogram tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan
penggosokan dan media tanam 20































DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
Lampiran 1. Data persentase perkecambahan benih karet (%) 26
Lampiran 2. Sidik ragam persentase perkecambahan benih karet (%) 26
Lampiran 3. Data laju perkecambahan benih karet (hari) 26
Lampiran 4. Sidik ragam laju perkecambahan benih karet (hari) 27
Lampiran 5. Data tinggi plumula benih karet 3 MST (cm) 27
Lampiran 6. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 3 MST (cm) 27
Lampiran 7. Data tinggi plumula benih karet 4 MST (cm) 28
Lampiran 8. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 4 MST (cm) 28
Lampiran 9. Data tinggi plumula benih karet 5 MST (cm) 28
Lampiran 10. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 5 MST (cm) 29
Lampiran 11. Data tinggi plumula benih karet 6 MST (cm) 29
Lampiran 12. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 6 MST (cm) 29
Lampiran 13. Data tinggi plumula benih karet 7 MST (cm) 30
Lampiran 14. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 7 MST (cm) 30
Lampiran 15. Data tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) 30
Lampiran 16. Sidik ragam tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) 31






PENDAHULUAN



Latar Belakang


Ferris pada tahun 1872 mengirimkan 2000 biji dari Brazilia ke Kebun Raya Kew di Inggris, kemudian tahun 1875. Kedua kiriman tersebut mengalami kegagalan. Selanjutnya Wikham pada tahun 1876 kembali dari Brazilia dan membawa 70.000 biji karet ke Kew. Sebanyak 2.397 biji berkecambah, kira-kira 1900 biji dikirim ke Srilanka, beberapa biji ke Malaysia dan hanya dua biji ke Kebun Raya Bogor, Indonesia. Salah satu pohon karet tersebut tumbang tahun 1962. Karet di Indonesia telah 120 tahun dan peringatan satu abad telah diadakan tahun 1976 (Sianturi, 2001).

Sejak tahun 1839 karet menjadi primadona perkebunan di daerah daerah tropis. Pada sekitar tahun itu pula Charles Goodyear menemukan vulkanisasi karet dengan cara mencampurkannya dengan belerang dan memanaskan pada suhu 120-130C. Alexander Parkes juga mengembangkan cara vulkanisasi ini. Penemuan tentang vulkanisasi memberikan inspirasi Dunlop pada tahun 1888 untuk membuat ban mobil yang selanjutnya dikembangkan oleh Goldrich (Setiawan dan Agus, 2005).

Dewasa ini karet merupakan bahan baku yang menghasilkan lebih dati 50.000 jenis barang. Dari produksi karet alam 46% digunakan untuk membuat ban dan selebihnya untuk karet busa, sepatu dan beribu-ribu jenis barang lainnya yang juga berbahan dasar karet (Setyamidjaja, 1993).


Produk karet merupakan komoditi ekspor yang sangat penting karena manfaatnya yaitu dapat diolah menjadi bahan baker dasar bagi kepentingan produksi barang-barang penting di dunia, seperti: ban kendaraan bermotor, campuran benang rayon, campuran bahan plastik, ebonite, dan lain sebagainya yang sangat diperlukan beberapa negara. Memang untuk mencukupi keperluan bahan karet dunia telah diciptakan karet sintetis, akan tetapi nilainya jauh lebih rendah dari bahan karet alam (Kartasapoetra, 1988).

Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia. Komoditas ini sudah dikenal dan dibudidayakan dalam kurun waktu yang lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Sayangnya, posisi Indonesia yang pada awal pembudidayaan karet merupakan penghasil karet utama di dunia sudah digantikan oleh Malaysia, yang sebenarnya masih belum lama dalam hal membudidayakan karet (Siregar, 1995).

Perlakuan pengasahan kulit biji benih yaitu dengan maksud untuk menipiskan kulit biji agar dapat mempercepat perkecambahan pada bagian spesies yang mempunyai kulit biji yang keras dan yang sangat keras dan ada yang sangat tebal (Sutopo, 1998).

Media tanam, hasil maksimal didapatkan jika di tanah – tanah subur, berpasir, dapat melakukan air dan tidak berpadas (kedalaman padas dapat ditolerir adalah 2 – 3 m. Tanah ulitisol yang kurang sudur banyak ditanami karet dengan pemupukan dan pengolahan yang baik (Setiawan dan Handoko, 2006).





Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari cobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggosokan benih dan media tanam pada perkecambahan benih karet ( Hevea brasiliensis Muell Arg.).

Hipotesis Percobaan


 Ada pengaruh penggosokan benih terhadap perkecambahan benih karet ( Hevea brasiliensis Muell Arg.).
 Ada pengaruh media tanam terhadap perkecambahan benih karet ( Hevea brasiliensis Muell Arg.).
 Ada pengaruh interaksi penggosokan benih dan media tanam terhadap perkecambahan benih karet ( Hevea brasiliensis Muell Arg.).

Kegunaan Percobaan


 Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
 Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.






TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman


Menurut Setiawan dan Agus (2005) klasifikasi tanaman karet adalah sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg.

Sistem perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Syamsulbahri, 1996).
Tanaman karet merupakan tanaman yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memeiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet arah tumbuhnya tanaman agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis, 1993).
Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3-20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3-10 cm dengan kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari 3 anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini berwarna hijau dan menjadi kuing atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun-daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman (Setiawan dan Agus, 2005).
Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga jantan dan bunga betina. Penyerbukannya dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang (Setyamidjaja, 1993).
Buah beruang tiga, jarang yang beruang empat hingga enam, diameter buah 3-5 cm dan terpisah 3,4 atau 6 cocci berkatup dua, perikarp berbatok, endokarp berkayu. Biji besar, bulat bersegi empat, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna coklat muda dengan noda-noda coklat tua, panjang 2-3,5 cm dan lebar 1,5-3 cm dan tebal 1,5-2,5 cm (Sianturi, 2001).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman karet adalah tanaman tropis, secara geografis tersebar diantara 100LU hingga 100LS. Zona paling cocok dan paling produktif adalah 60LU hingga 60LS. Penyebaran pertanaman karet sangat dipengaruhi oleh penyebaran hujan dan tinggi tempat dari permukaan laut. Itulah sebabnya, tidak semua propinsi di Indonesia memiliki perkebunan karet (Sianturi, 2001).
Karet termasuk tanaman daratan rendah, yaitu bias tumbuh baik di dataran dengan ketinggian 0-400 m dari permukaan laut (dpl). Di ketinggian tersebut suhu harian 25-300C. Jika dalam jangka waktu yang cukup panjang suhu rata-rata kurang dari 200C, tempat tersebut tidak cocok untuk budidaya karet. suhu yang lebih dari 300C juga mengakibatkan karet tidak bisa tumbuh dengan baik (Setiawan dan Agus, 2005).

Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2500-4000 mm per tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan. Pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi. Daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman karet ialah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah (Setiamidjaja, 1993).

Kelembapan nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar antara 75-90 %. Kelembapan yang terlalu tinggi tidak baik untuk tanaman karet (Sianturi, 2001).

Tanah

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah baik pada tanah-tanah vulkanis muda ataupaun vulkanis tua, alluvial dan bahkan tanah gambut. Tanah-tanah vulkanis umumnya memiliki sifat-sifat fisika yang cukup baik, terutama dari segi struktur, tekstur, solum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainesenya. Akan tetapi sifat-sifat kimianya umumnya sudah kurang baik, karena kandungan haranya relatif rendah. Tanah-tanah alluvial umumnya cukup subur, tetapi sifat fisisnya terutama drainase dan aerasinya kurang baik. Pembuatan saluran drainase akan menolong memperbaiki keadaan tanah ini (Setyamidjaja, 1993).

Untuk mengetahui kemampuan lahan sebaiknya diketahui kesesuaian tanah dan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman karet untuk dapat memperoleh produksi dan keuntungan ekonomis yang optimal. Sifat fisis, kimia, dan fisiografis yang menjadi factor pembatas kesesuaian tanah untuk tanaman karet, yang diinginkan tanaman karet antara lain adalah tanah yang mempunyai lapisan padas lebuh dari 1m, jumlah pasir sama dengan liat, drainase baik, retensi air >150 cm/m, permebilitas sedang, pH 4,5, kemiringan tanah 0-8%, tidak banjir dan tidak ada stagnasi air (Sianturi, 2001).

Media Tanam

Bila tanah terlalu banyak mengandung pasir, tanah ini kurang baik untuk pertunbuhan tananaman. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan (specific surface) yang kecil, sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Bila jumlah pasir tidak terlalu banyak pengaruhnya terhadap tanah akan baik karena cukup longgar, air akan mudah di serap dan cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah (Hasibuan, 2006).

Distribusi ukuran partikel dan kelas tekstur mempunyai korelasi dengan air, udara, unsur hara, mintakat perakaran, kemudahan diolah dan yang terpenting adalah masalah kesuburan. Sifat umum tanah sangat ditentukan oleh tekstur (Sutanto, 2005).

Jenis tanah berhubungan sangat erat dengan plastisitas, permeability, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografik tertentu akan tetapi berhubungan adanya variasi yang terdapat dalam sistim mineralogi fisik tanah, maka belum berlaku untuk semua jenis tanah di permukaan bumi (Buckman dan Brady, 1982).

Media yang digunakan untuk penyemaian biasa hanya terdiri atas pasir saja tetapi kadang-kadang juga diberi campuran sekam padi, lumut yang telah membusuk, tanah gembur, kompos, topsoil, dan benih. Asalkan tanahnya gembur dan halus, sehingga akar baru yang keluar tidak terhambat pertumbuhannya (Widianto, 2000).

Partikel-partikel pasir yang ukurannya yang jauh lebih besar dan memiliki permukaan yang kecil (dengan berat yang sama) dibandingkan dengan debu dan liat. Oleh karena itu, peranannya dalam mengatur sifat-sifat tanah, semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, semakin banyak pori-pori di antara partikel tanah dan hal ini dapat memperlancar gerakan udara/air (Hartman, et al., 1981).

Penggosokan Benih


Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji, keadaan fisiologis dari embrio atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Sebagai contoh, kulit biji yang impermiabel terhadap air dan gas sering dijumpai pada benih- benih dari famili Leguminosae (Sutopo, 1999).
Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh: a) Rendahnya dan tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke dalam benih (http://digilib.umm.ac.id, 2009).
Perlakuan mekanis (skarifikasi) pada kulit biji dilakukan dengan cara penusukan, penggoresan, pemecahan, pengikiran atau pembakaran, dengan bantuan pisau, jarum, kikir, kertas gosok atau lainnya adalah cara efektif untuk mengatasi dormansi fisik. Karena setiap benih ditangani secara manual, dapat diberikan perlakuan individu sesuai dengan ketebalan biji. Pada hakekatnya semua benih dibuat permeable dengan resiko kerusakan yang kecil, asal daerah radikel tidak rusak (Schmidt, 2002)(http://www.iptek.net.id, 2009).

Skarifikasi mencakup cara – cara seperti mengkikis atau menggoreskan atau menggosok kulit biji yang mengalami sumbat gabus dimana semua permiabel terhadap air atau gas (Lakitan , 2003).

Manfaat penggosokan benih adalah untuk memecahkan dormansi pada benih agar benih dapat berkecambah dengan baik karena benih yang memiliki kulit yang jeras harus dilakukan pemecahan dormansi untuk mempercepat proses perkecambahan baik dengan cara mengkikis ataupun mengikir kulit benih (Sadjad, 1993).







BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl yang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai dengan April 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah stunp mata tidur karet klon IRM sebagai objek pengamatan, pasir dan topsoil sebagai media tanam, air untuk penyiraman, serta kertas pasir untuk menggosok benih karet.
Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mencampur tanah, gembor untuk menyiram tanaman dan polibag sebagai wadah penanaman, meteran untuk mengukur tinggi plumula.

Metode percobaan


Data percobaan dianalisis dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor yaitu:
Faktor I : Penggosokan benih (P) dengan dua taraf yaitu:
P1 : Benih tanpa digosok
P2 : Benih digosok hingga nampak mata embrio


Faktor II: Media Tanam (M) dengan 3 taraf yaitu:
M0 : Pasir
M1 : Pasir + Top soil
M2 : Top soil
Sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan yaitu:
P0M0 P1M0
P0M1 P1M1
P0M2 P1M2
Jumlah ulangan : 6
Jumlah petak percobaan : 36
Jumlah benih per petak : 2
Jumlah benih yang dibutuhkan: 64
Dari hasil percobaan dianalisis sidik ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan model linier sebagai berikut:
Yijk= µ + βi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
dimana:
Yijk : Nilai pengamatan pada penggosokan benih ke-i, media tanam ke-j, dan
perkecambahan benih karet ke-k
µ : Nilai tengah
βi : Efek penggosokan benih ke-i
αj : Efek media tanam ke-j
(αβ)jk : Efek interaksi antara penggosokan benih ke-i dan media tanam ke-j
εijk : Efek error yang disebabkan oleh penggosokan benih ke-i, media tanam
ke-j, dan perkecambahan benih karet ke-k
Apabila data percobaan analisis tidak ragam berbeda nyata, akan diujikan dengan beda nyata jujur (BNJ) pada x = 5% .










PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan media tanam
Disiapkan polibag berukuran 10 kg dan diisi dengan media pasir (M0), pasir + top soil dengan perbandingan 2:1 (M1), dan top soil (M2).

Penggosokan Benih
Proses penggosokan benih dilakukan sebelum dilakukan penanaman. Dimana proses penggosokan bertujuan untuk memecahkan dormansi benih karet akibat kulit benih yang keras dan dilakukan dengan menggunakan kertas pasir sampai terlihat embrio.
Penanaman Benih
Benih karet ditanam di polibag yang diisi tanah sesuai dengan perlakuan, dan dimasukkan ke dalam polibag dan sebaiknya jangan ditanam terlalu dalam.

Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap sore hari tergantung kepada kondisi kelembaban permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.





Penyiangan


Penyiangan dilakukan setiap minggunya dengan cara mencabut gulma yang tumbuh pada polibag.

Pengamatan Parameter

Persentase perkecambahan (%)

Persentase perkecambahan diambil data berupa jumlah tanaman yang tumbuh dan dibagi jumlah seluruhnya dikalikan 100% dan data diambil setiap minggunya.
Jumlah tanaman yang tumbuh
Persentase Perkecambahan = x 100 %
Jumlah tanaman seluruhnya

Tinggi Plumula (cm)


Tinggi plumula dihitung dari plumula yang tumbuh sampai pada titik tumbuh.

Laju Perkecambahan (hari)
Laju perkecambahan diambil data berupa jumlah karet yang tumbuh. Nilai laju perkecambahan dapat diperoleh dari rumus sebagai berikut :
N1T1 + N2T2 + N3T3 + ........ + NnTn
Laju Perkecambahan :
T1 + T2 + T3 + .... + Tn



HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil


Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1-16) diketahui bahwa perlakuan penggosokan berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula benih karet 3-8 MST. Dan tidak ada parameter yang tidak berbeda nyata.

Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1-16) diketahui bahwa perlakuan media tanam berbeda nyata terhadap parameter laju perkecambahan benih, dan tinggi plumula benih karet 3-8 MST. Dan tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet.

Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1-16) diketahui bahwa interaksi antara perlakuan penggosokan dan media tanam tidak ada parameter yang berbeda nyata. Dan tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula benih karet 3-8 MST.

Persentase Perkecambahan (%)


Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, penggosokan berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, dan interaksi antara penggosokan dan media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet.

Rataan persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan penggosokan dan media tanam dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan penggosokan dan media tanam.





Dari Tabel 1, diketahui bahwa pada perlakuan penggosokan terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada P1 (74,42%) dan terendah pada P0 (73,00%).

Dari Tabel 1, diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada M1 (65,78) dan terendah pada M0 (65,22).

Dari Tabel 1, diketahui bahwa pada interaksi perlakuan penggosokan dan media tanam terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada P1M1 (99,67) dan terendah pada P0M0 (97,00).

Histogram persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan penggosokan dan media tanam dapat dilihat pada gambar 1.





Gambar 1. Histogram persentase perkecambahan benih karet (%) dari perlakuan penggosokan dan media tanam





Laju Perkecambahan Benih (hari)
Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan penggosokan dan media tanam berbeda nyata terhadap parameter laju perkecambahan benih karet, Dan interaksi penggosokan dan media tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter laju perkecambahan benih karet.

Rataan laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan penggosokan dan media tanam dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan penggosokan dan media tanam



Dari Tabel 2, diketahui bahwa pada perlakuan penggosokan terhadap parameter laju perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada P0 (5,19) dan terendah pada P1 (3,13).

Dari Tabel 2, diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter laju perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada M0 (4,29) dan terendah pada M1 (3,26).

Dari Tabel 2, diketahui bahwa pada interaksi perlakuan penggosokan dan media tanam terhadap parameter laju perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada P0M0 (7,77) dan terendah pada P1M1 ( 3,10).

Histogram laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan penggosokan dan media tanam dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Histogram laju perkecambahan benih karet (hari) dari perlakuan penggosokan dan media tanam





Tinggi Plumula (cm)

Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan penggosokan dan media tanam berbeda nyata terhadap tinggi plumula benih karet 3-8 MST, dan interaksi penggosokan dan media tanam tidak berbeda nyata terhadap tinggi plumula benih karet.

Rataan tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan penggosokan dan media tanam dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan penggosokan dan media tanam






Dari Tabel 3, diketahui bahwa pada perlakuan penggosokan terhadap parameter tinggi plumula benih karet 8 MST yang tertinggi yaitu pada P1 (28,33) dan terendah pada P0 (25,25).

Dari Tabel 3, diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter tinggi plumula benih karet 8 MST yang tertinggi yaitu pada M1 (24,44) dan terendah pada M0 (23,00).
Dari Tabel 3, diketahui bahwa pada interaksi perlakuan penggosokan dan media tanam terhadap parameter tinggi plumula benih karet 8 MST yang tertinggi yaitu pada P1M1 (38,67) dan terendah pada P0M0 (32,33).

Histogram tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan penggosokkan dan media tanam dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Histogram tinggi plumula benih karet 8 MST (cm) dari perlakuan penggosokan dan media tanam




Pembahasan

Pengaruh Penggosokan Pada Perkecambahan Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)



Dari hasil sidik ragam pada perlakuan penggosokan berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula benih karet 3-8 MST. Dengan adanya proses penggosokan (skarifikasi), maka proses dormansi yang menghambat proses perkecambahan dapat dipecahkan sehingga benih dapat memperoleh air dan udara. Hal ini sesuai dengan literatur Sadjad (1993) yang menyatakan bahwa Manfaat penggosokan benih adalah untuk memecahkan dormansi pada benih agar benih berkecambah dengan baik. Karena benih yang memiliki kulit yang keras harus dilakukan pemecahan dormansi untuk mempercepat proses perkecambahan baik dengan cara mengkikis ataupun mengkir kulit benih (Sadjad, 1993).

Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada perlakuan penggosokan terhadap parameter tinggi plumula benih karet 8 MST yang tertinggi yaitu pada P1 (28,33 sm) dan terendah pada P0 (25,25 cm). Hal ini disebabkan karena pada perlakuan P0 ini benih tidak dilakukan proses penggosokan. Dengan tidak adanya proses penggosokan, maka proses perkecambahan menjadi terhambat akibat kulit benih yang keras (dormansi) sehingga benih susah memperoleh air dan udara. Hal ini sesuai dengan literatur Sutopo (1998), yang menyatakan bahwa proses perkecambahan benih merupakan suatu rangkaian kompleks dari perubahan-perubahan morfologi, fisiologi dan biokimia. Tahap pertama suatu perkecambahan benih dimulai dengan proses penyerapan air oleh benih, melunaknya kulit benih dan hidrasi dari protoplasma. Perlakuan pengasahan kulit biji yaitu dengan maksud untuk menipiskan kulit biji agar dapat mempercepat perkecambahan pada berbagai spesies yang mempunyai kulit biji yang keras dan yang sangat tebal.

Pengaruh Media Tanam Pada Perkecambahan Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)



Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada M1 (65,78%) dan terendah pada M0 (65,22%). Ini menunjukkan bahwa top soil ditambah pasir mempengaruhi persentase perkecambahan benih karet , selain itu perkecambahan benih karet juga dipengaruhi oleh faktor keadaan lingkungan. Karena, kesesuaian tanah dan lingkungan yang serasi sangat baik untuk pertumbuhan tanaman karet. Hal ini sesuai dengan literatur Widianto (2000) yang menyatakan bahwa media yang digunakan untuk pengamatan bisa hanya terdiri atas pasir saja tetapi kadang-kadang juga diberikan campuran sekam padi, lumut yang telah membusuk, tanah gembur, kompos, top soil dan lainnya. Banyak media yang dapat digunakan untuk penanaman benih asalkan tanahnya gembur dan halus, sehingga akar tanaman yang baru keluar tidak terhambat pertumbuhannya.

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter tinggi plumula benih karet 8 MST yang tertinggi yaitu pada M1 (24,44 cm) dan terendah pada M0 (23,00 cm). Hal ini disebabkan karena media tanam yang digunakan adalah pasir dan top soil dengan perbandingan 2:1, sehingga terjadi gabungan antara tekstur kasar dengan halus oleh top soil. Tekstur seperti ini adalah tekstur yang paling cocok untuk pertumbuhan benih. Tanah top soil dapat membantu pertumbuhan perkecambahan benih karet karena tanah top soil merupakan tanah yang subur yang diambil dari tanah pelapukan. Hal ini sesuai dengan literatur Setiawan dan Andoko (2005) yang menyatakan bahwa tanah untuk media tanah ini harus subur dan harus yang bisa diambil dari tanah pelapukan (top soil) dengan kedalaman maksimum 15 cm.

Pengaruh Interaksi Antara Penggosokan dan Media Tanam Pada Perkecambahan Benih Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)



Dari hasil percobaan diketahui bahwa pada interaksi perlakuan penggosokan dan media tanam terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet yang tertinggi yaitu pada P1M1 (99,67%) dan terendah pada P0M0 (97,00%). Hal ini disebabkan karena adanya penggosokan dan media tanam yang cocok bagi pertumbuhan tanaman karet. Karena penggosokan pada benih karet bertujuan untuk menipiskan kulit biji agar dapat mempercepat perkecambahan. Hal ini sesuai dengan literatur Sutopo (1998) yang menyatakan bahwa Perlakuan pengasahan kulit biji yaitu dengan maksud untuk menipiskan kulit biji agar dapat mempercepat perkecambahan pada berbagai spesies yang mempunyai kulit biji yang keras dan yang sangat tebal.










KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Penggosokan berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula benih karet 3-8 MST.
2. Media tanam berbeda nyata terhadap parameter laju perkecambahan benih, dan tinggi plumula benih karet 3-8 MST. Dan tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet.
3. Interaksi antara penggosokan dan media tanam berbeda tidak nyata terhadap parameter persentase perkecambahan benih karet, laju perkecambahan benih karet, tinggi plumula benih karet 3-8 MST.

Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan ini, benih yang digunakan harus diketahui jenis atau klonnya.






DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H.O. dan N.C. Brady.1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman.
Bhratara Karya Aksara. Jakarta

Hatrmann, H.T., J.William, Klackers, M.Anton dan Konfafrek. 1981. Plant
Science. Prentice Hall Inc. New Jersey

Hasibuan, B.E. 2006. Ilmu Tanah. USU Press. Medan

http://digilib.umm.ac.id. Diakses pada tanggal 4 April 2009

http://www.iptek.net.id. Diakses pada tanggal 4 April 2009

Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah
Tropik. Bina Aksara, Jakarta

Setiawan, D.H. dan Agus A. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.
Agromedia Pustaka. Jakarta

Setyamidjaja, D. 1993. Karet. Kanisius. Yogyakarta

Sianturi, H.S.D. 2001. Budidaya Tanaman Karet. USU Press. Medan

Siregar, T.H.S. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius. Yogyakarta

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta

Sotopo, L. 1999. Teknologi Benih. CV Rajawali. Jakarta

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan. UGM Press.
Yogyakarta

Tim Penulis PS. 1999. Karet Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahan.
Penebar Swadaya. Jakarta

Widianto, L. 2000. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya.
Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment please...