Laman

Senin, 05 Oktober 2009

pengaruh media tanam dan ZPT rootone-f terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

PENGARUH MEDIA TANAM DAN ZPT ROOTONE-F TERHADAP PERTUMBUHAN STUMP MATA TIDUR KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg)



LAPORAN




OLEH :

JUNITA SINAMBELA
070301054/BDP-AGRONOMI
16











LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
PENGARUH MEDIA TANAM DAN ZPT ROOTONE-F TERHADAP PERTUMBUHAN STUMP MATA TIDUR
KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

LAPORAN

OLEH :

JUNITA SINAMBELA
070301054/BDP-AGRONOMI
16

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan
Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh
Dosen Penanggungjawab



(Ir. Balonggu Siagian, MS)
NIP. 130 806 538

Diketahui Oleh:
Asisten Koordinator



(Eko Andi Pasaribu)
NIM. 040301001 Diperiksa Oleh:
Asisten Korektor



(Hayati Silalahi)
NIM. 040301037




LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PANGAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
ABSTRACT
The objective of this experiment was to know effect the media and Rootone-F in growing eye sleep of rubber. The experiment was conducted in Agronomi Tanaman Perkebunan I Laboratory Land, Agriculture Faculty, Nort Sumatera University with altitude ± 25 m above sea level, from February to May 2009. The experiment used Randomized Complete Block Design (RAK) with 2 factors and 4 replications. The first factor was the media are top soil, sub soil and sand. The second one was the concentrate of Rootone-F tha consist of 0 ppm, 500 ppm and 1000 ppm. The experiment result showed that the media did’nt gave significant effect of all the parameter. Rootone-F gave significant different of height bud, diameter bud. Interaction between media and Rootone-F showed tha the media did’nt gave significant effect of all the parameter.

Key words : media, Rootone-F, stump







ABSTRAK
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh media dan ZPT Rootone-F terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet. Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan I Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan pada ketinggian ± 25 m dpl dari bulan Februari sampai Mei 2009 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan dan empat ulangan. Faktor I adalah media tanam, yaitu top soil, sub soil dan pasir. Faktor II dalah faktor konsentrasi ZPT Rootone-F yaitu 0 ppm, 500 ppm, 1000 ppm. Hasil percobaan menunjukkan bahwa media tanam tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Rootone-F berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tunas dan diameter tunas. Sedangkan interaksi antara media tanam dan Rootone-F tidak berpengaruh nyata terhadap semua parameter.

Kata kunci : media tanam, Rootone-F, stump













RIWAYAT HIDUP

Junita Sinambela lahir pada tanggal 2 April 1989 di Medan. Anak pertama dari empat bersaudara. Anak dari Bapak P. Sinambela dan Ibu N. Manurung.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
SD Negeri 050721 di Gohor Lama Tamat tahun 2001
SMP Negeri 1 di Hinai Tamat tahun 2004
SMA Negeri 1 di Stabat Tamat tahun 2007

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB pada pilihan pertama pada tahun 2007 sampai sekarang.

























KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Pengaruh Media dan ZPT Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)” yang merupakan salah satu syarat unutk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Balonggu Siagian, MS dan Ir. Charloq Nababan, MP selaku dosen mata kuliah Agronomi Tanaman Perkebunan serta kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2009

Penulis


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR v
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Percobaan 2
Hipotesis Percobaan 2
Kegunaan Percobaan 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman 4
Syarat Tumbuh 5
Iklim 5
Tanah 6
Media Tanam 7
Rootone-F 8

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan 11
Bahan dan Alat 11
Metode Percobaan 11
PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Lahan 12
Persiapan Media Tanam 12
Persiapan Bahan Tanaman 12
Penanaman Stump 12
Pemeliharaan 12
Penyiraman 12
Penyiangan 13
Pengamatan Parameter 13
Persentase perkecambahan 13
Tinggi Plumula (cm) 13
Laju Perkecambahan 13



HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 15
Pembahasan 20
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 24
Saran 24
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN





















DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Rataan persentase mata melentis stump karet 8 MST dari perlakuan
media tanam dan ZPT Rootone-F 18
2. Rataan tinggi tunas stump karet 8 MST dari perlakuan media tanam dan
ZPT Rootone-F 19
3. Rataan diameter tunas stump karet 8 MST dari perlakuan media tanam dan
ZPT Rootone-F 21




















DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Histogram persentase mata melentis stump karet dari perlakuan media tanam
dan ZPT Rootone-F 19
2. Histogram tinggi tunas stump karet 8 MST dari perlakuan media tanam dan
ZPT Rootone-F 20
3. Histogram diameter tunas stump karet 8 MST dari perlakuan media tanam
dan ZPT Rootone-F 22



































DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Data persentase mata melentis stump karet (%) 26
2. Daftar sidik ragam persentase mata melentis stump karet 26
3. Data tinggi tunas stump karet 3 MST (cm) 26
4. Daftar sidik ragam tinggi tunas stump karet 3 MST 27
5. Data tinggi tunas stump karet 4 MST (cm) 27
6. Daftar sidik ragam tinggi tunas stump karet 4 MST 27
7. Data tinggi tunas stump karet 5 MST (cm) 28
8. Daftar sidik ragam tinggi stump karet 5 MST 28
9. Data tinggi tunas stump karet 6 MST (cm) 28
10. Daftar sidik ragam tinggi tunas stump karet 6 MST 29
11. Data tinggi tunas stump karet 7 MST (cm) 29
12. Daftar sidik ragam tinggi tunas stump karet 7 MST 29
13. Data tinggi tunas stump karet 8 MST (cm) 30
14. Daftar sidik ragam tinggi tunas stump karet 8 MST 30
15. Data diameter tunas stump karet 3 MST (mm) 30
16. Daftar sidik ragam diameter tunas stump karet 3 MST 31
17. Data diameter tunas stump karet 4 MST (mm) 31
18. Daftar sidik ragam diameter tunas stump karet 4 MST 31
19. Data diameter tunas stump karet 5 MST (mm) 32
20. Daftar sidik ragam diameter tunas stump karet 5 MST 32
21. Data diameter tunas stump karet 6 MST (mm) 32
22. Daftar sidik ragam diameter tunas stump karet 6 MST 33
23. Data diameter tunas stump karet 7 MST (mm) 33
24. Daftar sidik ragam diameter tunas stump karet 7 MST 33
25. Data diameter tunas stump karet 8 MST (mm) 34
26. Daftar sidik ragam diameter tunas stump karet 8 MST 34

















PENDAHULUAN



Latar Belakang


Sejak tahun 1839 karet menjadi primadona perkebunan di daerah daerah tropis. Pada sekitar tahun itu pula Charles Goodyear menemukan vulkanisasi karet dengan cara mencampurkannya dengan belerang dan memanaskan pada suhu 120-130C. Alexander Parkes juga mengembangkan cara vulkanisasi ini. Penemuan tentang vulkanisasi memberikan inspirasi Dunlop pada tahun 1888 untuk membuat ban mobil yang selanjutnya dikembangkan oleh Goldrich (Setiawan dan Agus, 2005).

Ferris pada tahun 1872 mengirimkan 2000 biji dari Brazilia ke Kebun Raya Kew di Inggris, kemudian tahun 1875. Kedua kiriman tersebut mengalami kegagalan. Selanjutnya Wikham pada tahun 1876 kembali dari Brazilia dan membawa 70.000 biji karet ke Kew. Sebanyak 2.397 biji berkecambah, kira-kira 1.900 biji dikirim ke Srilanka, beberapa biji ke Malaysia dan hanya dua biji ke Kebun Raya Bogor, Indonesia. Salah satu pohon karet tersebut tumbang tahun 1962. Karet di Indonesia telah 120 tahun dan peringatan satu abad telah diadakan tahun 1976 (Sianturi, 2001).

Dewasa ini karet merupakan bahan baku yang menghasilkan lebih dati 50.000 jenis barang. Dari produksi karet alam 46% digunakan untuk membuat ban dan selebihnya untuk karet busa, sepatu dan beribu-ribu jenis barang lainnya yang juga berbahan dasar karet (Setyamidjaja, 1993).
Karet merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia. Komoditas ini sudah dikenal dan dibudidayakan dalam kurun waktu yang lebih lama daripada komoditas perkebunan lainnya. Sayangnya, posisi Indonesia yang pada awal pembudidayaan karet merupakan penghasil karet utama di dunia sudah digantikan oleh Malaysia, yang sebenarnya masih belum lama dalam hal membudidayakan karet (Siregar, 1995).

Produk karet merupakan komoditi ekspor yang sangat penting karena manfaatnya yaitu dapat diolah menjadi bahan baker dasar bagi kepentingan produksi barang-barang penting di dunia, seperti: ban kendaraan bermotor, campuran benang rayon, campuran bahan plastik, ebonite, dan lain sebagainya yang sangat diperlukan beberapa negara. Memang untuk mencukupi keperluan bahan karet dunia telah diciptakan karet sintetis, akan tetapi nilainya jauh lebih rendah dari bahan karet alam (Kartasapoetra, 1988).

Secara kimia, kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, ketersediaan unsur hara dan ketersediaan asam humat. Asam humat akan membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Secara biologi, kompos yang tidak lain adalah bahan organik merupakan sumber bagai mikroorganisme tanah (Simamora dan Salundik, 2006).

Rootone –F bukanlah fitohormon atau pestisida, tetapi merupakan suatu zat yang merangsang proses kimia (biokimia) dan fisiologi tanaman. Zat ini masuk kedalam tanaman dengan cara meresap, baik melalui daun, akar maupun kuncup bunga yang memberikan kekuatan vital untuk menjalankan pertumbuhan (Setjamidjaja, 1991).

Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam dan ZPT Rootone-F terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet ( Hevea brasiliensis Muell Arg.).

Hipotesis Percobaan


 Ada pengaruh media tanam terhadap stump mata tidur karet ( Hevea brasiliensis Muell Arg.).
 Ada pengaruh ZPT Rootone-F terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet ( Hevea brasiliensis Muell Arg.).
 Adanya pengaruh interaksi medi tanam dan ZPT Rootone-F terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet ( Hevea brasiliensis Muell Arg.).

Kegunaan Percobaan


 Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti practical test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
 Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.






TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Setiawan dan Agus (2005) sistematika tanaman karet adalah sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Family : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell Arg.

Sistem perakarannya padat/kompak, akar tunggangnya dapat menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m (Syamsulbahri, 1996).

Tanaman karet merupakan tanaman yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memeiliki percabangan yang tinggi diatas. Dibeberapa kebun karet arah tumbuhnya tanaman agak miring ke arah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama lateks (Tim Penulis, 1993).

Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 3-20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3-10 cm dengan kelenjar di ujungnya. Setiap daun karet biasanya terdiri dari 3 anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan ujung runcing. Daun karet ini berwarna hijau dan menjadi kuing atau merah menjelang rontok. Seperti kebanyakan tanaman tropis, daun-daun karet akan rontok pada puncak musim kemarau untuk mengurangi penguapan tanaman (Setiawan dan Agus, 2005).

Tanaman karet adalah tanaman berumah satu (monoecus). Pada satu tangkai bunga yang berbentuk bunga majemuk terdapat bunga jantan dan bunga betina. Penyerbukannya dapat terjadi dengan penyerbukan sendiri dan penyerbukan silang (Setyamidjaja, 1993).

Buah beruang tiga, jarang yang beruang empat hingga enam, diameter buah 3-5 cm dan terpisah 3,4 atau 6 cocci berkatup dua, perikarp berbatok, endokarp berkayu. Biji besar, bulat bersegi empat, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna coklat muda dengan noda-noda coklat tua, panjang 2-3,5 cm dan lebar 1,5-3 cm dan tebal 1,5-2,5 cm (Sianturi, 2001).

Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman karet adalah tanaman tropis, secara geografis tersebar diantara 100LU hingga 100LS. Zona paling cocok dan paling produktif adalah 60LU hingga 60LS. Penyebaran pertanaman karet sangat dipengaruhi oleh penyebaran hujan dan tinggi tempat dari permukaan laut. Itulah sebabnya, tidak semua propinsi di Indonesia memiliki perkebunan karet (Sianturi, 2001).

Karet termasuk tanaman daratan rendah, yaitu bias tumbuh baik di dataran dengan ketinggian 0-400 m dari permukaan laut (dpl). Di ketinggian tersebut suhu harian 25-300C. Jika dalam jangka waktu yang cukup panjang suhu rata-rata kurang dari 200C, tempat tersebut tidak cocok untuk budidaya karet. Suhu yang lebih dari 300C juga mengakibatkan karet tidak bisa tumbuh dengan baik (Setiawan dan Agus, 2005).

Curah hujan tahunan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm. Optimal antara 2500-4000 mm per tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan. Pembagian hujan dan waktu jatuhnya hujan rata-rata setahunnya mempengaruhi produksi. Daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman karet ialah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah (Setyamidjaja, 1993).

Kelembapan nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman karet adalah rata-rata berkisar antara 75-90 %. Kelembapan yang terlalu tinggi tidak baik untuk tanaman karet (Sianturi, 2001).

Tanah

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir hingga laterit merah dan podsolik kuning, tanah abu gunung, tanah berliat serta tanah yang mengandung peat. Tampaknya tanaman karet tidak memerlukan kesuburan tanah yang khusus ataupun topografi tertentu. Di Malaysia barat, perkebunan karet diklasifikasikan berdasarkan jenis tanah, angin kencang, serangan penyakit dan topografi. Dengan demikian, sifat kimia tanah bukan hal yang mutlak untuk pertumbuhannya (Syamsulbahri, 1996).

Secara umum karet menghendaki tanah dengan struktur ringan, sehngga mudah ditembus air meskipun demikian, tanah dengan kandung pasir kuarsa yang tinggi kurang bagus untuk penanaman karet. Sementara itu, derajat keasaman atau pH tanah yang sesuai untuk tanaman karet adalah mendekati normal (4-9) dan untuk pertumbuhan optimalnya 5-6 (Setiawan dan Agus, 2005).

Media Tanam

Jenis tanah berhubungan sangat erat dengan plastisitas, permeability, kekerasan, kemudahan olah, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografik tertentu akan tetapi berhubungan adanya variasi yang terdapat dalam sistem mineralogi fisik tanah, maka belum berlaku untuk semua jenis tanah di permukaan bumi (Buckman dan Brady, 1982).

Partikel-partikel pasir yang ukurannya yang jauh lebih besar dan memiliki permukaan yang kecil (dengan berat yang sama) dibandingkan dengan debu dan liat. Oleh karena itu, peranannya dalam mengatur sifat-sifat tanah, semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, semakin banyak pori-pori di antara partikel tanah dan hal ini dapat memperlancar gerakan udara/air (Hartman, et al., 1981).

Media yang digunakan untuk penyemaian biasa hanya terdiri atas pasir saja tetapi kadang-kadang juga diberi campuran sekam padi, lumut yang telah membusuk, tanah gembur, kompos, topsoil, dan benih. Asalkan tanahnya gembur dan halus, sehingga akar baru yang keluar tidak terhambat pertumbuhannya (Widianto, 2000).

Bila tanah terlalu banyak mengandung pasir, tanah ini kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan (specific surface) yang kecil, sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Bila jumlah pasir tidak terlalu banyak pengaruhnya terhadap tanah akan baik karena cukup longgar, air akan mudah diserap dan cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah (Hasibuan, 2006).

Distribusi ukuran partikel dan kelas tekstur mempunyai korelasi dengan air, udara, unsur hara, mintakat perakaran, kemudahan diolah dan yang terpenting adalah masalah kesuburan. Sifat umum tanah sangat ditentukan oleh tekstur (Sutanto, 2005).

Rootone-F

Boulline dan Went (1933) menumakan subtansi yang disebut rhizocaline pada kotiledon, daun dan tunas yang menstimulasi perakaran pada stek. Menurut Hartmann et al.(1997), zat pengatur tumbuh yang paling berperan pada pengakaran stek adalah auksin. Auksin yang biasa dikenal yaitu Indol-3 Acetic Acid (IAA), Indol Butyric Acid (IBA), dan Nepthalene Acetic Acid (NAA). IBA dan IAA bersifat lebih efektif dibandingkan NAA yang merupakan auksin alami sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin, isopentenyl adenin (ZiP), thidiazuron (TDZ), dan benzyl adenine (BA atau BAP).Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam mempengaruhi regenerasi akar dan puncuk pada stek adalah faktor genetik. Jenis tanaman yang berbeda mempunyai kemampuan regenerasi akar dan pucuk yang berbeda pula (http://bdpunib.org, 2009).

Rootone-F bukanlah fito hormone atau pestisida, tetapi merupakan satu zat yang merangsang proses kimia (biokimia) dan fisiologi tanaman. Zat ini masuk kedalam tanaman dengan cara meresap, baik melalui daun, akar, maupun kuncup bunga yang memberikan kekuatan vital untuk menjalankan pertumbuhan.

Adapun rumus bangun Rootone-F adalah sebagai berikut :
1. Naftalen Asetamida.
CH2-O-NH2
Sifat : Mempunyai titik cair 122-1240C.
Manfaat : Untuk merangsang pertumbuhan akar.
2. Metil 1- Naftalen Asetat.
CH2-C-OH
Sifat : Kristal putih, tidak berbau, titik cair 1300C, larut dalam
asetat, eter, dan chloroform.
Manfaat : Mempercepat pertumbuhan akar pada stek.
3. Metil 1- Naftalen Asetamida.
CH3-CH2-C-NH2
Sifat : Mempunyai titik cair 100-2000 C.
Manfaat : Mempercepat pembentukan pada stek.
4. Indol 3- Butirat.
CH3-O-CH3
CH2COOH

Sifat : Kristal padat, warna putih, titik cair 1190C, tidak larut
dalam air, larut dalam metal hidrolin.
Manfaat : Mempercepat perakaran.
5. Tiram.
Sifat : Bentuk kristal, larut dalam 20 ppm air, sedikit larut dalam
karbon disulfat dan larut dalam chloroform.
Manfaat : Memberantas penyakit cendawan pada stek.
(Dwidjoseputro, 1994).














BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl yang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai dengan April 2009.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah stunp mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) sebagai objek pengamatan, topsoil, subsoil, pasir dan kompos sebagai media tanam, air untuk penyiraman, serta Rootone-R sebagai zat pengatur tumbuh tanaman.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mencampur tanah, gembor untuk menyiram tanaman dan polibag sebagai wadah penanaman, meteran untuk mengukur tinggi tunas dan jangka sorong untuk mengukur diameter batang tunas.

Metode percobaan


Data percobaan dianalisis dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor yaitu:
Faktor I : Media Tanam (M) dengan dua taraf yaitu:
M1 : Top soil
M2 : Sub soil + Pasir + Kompos

Faktor II: Konsentrasi ZPT Rootone-F (R) dengan 3 taraf yaitu:
R0 : Tanpa Rootone-F
R1 : ZPT Rootone-F 500 ppm
R2 : ZPT Rootone-F 1000 ppm
Sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan yaitu:
M1R0 M2R0
M1R1 M2R1
M1R2 M2R2
Jumlah perlakuan kombinasi : 3
Jumlah ulangan : 6
Jumlah stump per plot : 2
Jumlah petak percobaan : 36
Jumlah stump dibutuhkan : 64
Dari hasil percobaan dianalisis sidik ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan model linier sebagai berikut:
Yijk= µ + βi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
dimana:
Yijk : nilai pengamatan pada media tanam ke-i, konsentrasi Rootone-F ke-j, dan
stump mata tidur ke-k
µ : Nilai tengah
βi : Efek media tanam ke-i
αj : Efek jumlah konsentrasi ZPT Rootone-F ke-j
(αβ)jk : Efek interaksi antara media tanam ke-i dan konsentrasi ZPT Rootone-F
ke-j
εijk : Efek error yang disebabkan oleh media tanam ke-i, konsentrasi ZPT
Rootone-F ke-j dan stump mata tidur ke-k
Apabila data percobaan analisis tidak ragam berbeda nyata, akan diujikan dengan beda nyata jujur (BNJ) pada x = 5% .

















PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Lahan penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa tanaman dengan menggunakan cangkul kedalaman ± 20 cm. Setelah itu dilakukan pembuatan plot-plot penelitian sesuai dengan ukuran 1m x 1m dengan jarak antar plot 50 cm.

Persiapan media tanam

Disiapkan polibag berukuran 10 kg dan diisi dengan media top soil (M1) dan sub soil + pasir + kompos (2:1:1) (M2).
Persiapan Bahan Tanaman

Disiapkan Stump karet. Kemudian direndam terlebih dahulu titik tumbuhnya dengan larutan ZPT Rootone-F dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 500 ppm dan 1000 ppm (R1 dan R2) dan dilakukan selama 30 menit.

Penanaman Stump

Stump ditanam pada polibag dengan perlakuann M1R1 masing-masing dengan arah mata tunas menghadap ke arah timur (arah matahari terbit).



Pemeliharaan Tanaman

Penyiraman

Penyiraman dilakukan dilakukan sesuai dengan kondisi cuaca.
Penyiangan

Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh baik pada plot maupun didalam polibag.

Pengamatan Parameter


Persentase Mata Melentis (%)


Pengambilan data persentase mata melentis dengan menghitung berapa besar persentase mata melentis yang tumbuh dari mata tunas.
Jumlah tunas yang tumbuh
% Melentis = x 100 %
Jumlah tunas seluruhnya

Jumlah Daun (helai)

Jumlah daun dihitung pada daun yang tumbuh dari mata tunasnya. Perhitungan dilakukan setiap minggunya.

Diameter Tunas (cm)

Diameter batang diukur setiap minggunya dengan menggunakan jangka sorong. Diameter yang dihitung adalah diameter tunas mata meletis yang tumbuh dari mata tunas.
Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman yang dihitung adalah tinggi mata melentis yang tumbuh dari mata tunas.









HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1 – 26) diketahui bahwa perlakuan media tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase mata melentis, tinggi tunas 3 – 8 MST, dan diameter tunas 3 – 8 MST.

Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1 – 26) diketahui bahwa perlakuan ZPT Rootone-F berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 3 dan 4 MST, diameter tunas 3 – 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase mata melentis, tinggi tunas 5 – 8 MST.

Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1 – 26) diketahui bahwa interaksi antara media tanam dan ZPT Rootone-F tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase mata melentis, tinggi tunas 3 – 8 MST, dan diameter tunas 3 – 8 MST.

Persentase Mata Melentis (%)
Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam, ZPT Rootone-F, dan interaksi media tanam dan ZPT Rootone-F tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase mata melentis.

Rataan persentase mata melentis stump karet (%) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F dapat dilihat pada tabel 1.


Tabel 1. Rataan persentase mata melentis stump karet (%) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F






Dari Tabel 1 diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter persentase mata melentis tertinggi yaitu M1 (62,50) dan terendah M0 (50,00).

Dari Tabel 1 diketahui bahwa pada perlakuan ZPT Rootone-F terhadap parameter persentase mata melentis tertinggi yaitu R2 (61,11) dan terendah R0 (38,89).

Dari Tabel 1 diketahui bahwa pada interaksi antara media tanam dan ZPT Rootone-F tertinggi yaitu M1R2 (100,00) dan terendah M0R0 (50,00).

Histogram persentase mata melentis stump karet dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F dapat dilihat pada gambar 1.







Gambar 1. Histogram persentase mata melentis stump karet (%) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F





Tinggi Tunas (cm)
Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 3 – 8 MST. Pada perlakuan ZPT Rootone-F berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 3 dan 4 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter 5 – 8 MST. Dan interaksi antara media tanam dan ZPT Rootone-F tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 3 – 8 MST.

Rataan tinggi tunas stump karet 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F dapat dilihat pada tabel 2.




Tabel 2. Rataan tinggi tunas stump karet 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F






Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter tinggi tunas 8 MST yaitu 5,10.

Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada perlakuan ZPT Rootone-F terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu R2 (5,22) dan terendah R0 (3,24).

Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada interaksi antara media tanam dan ZPT Rootone-F terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu M1R2 (7,87) dan terendah M1R0 (4,70).

Histogram tinggi tunas stump karet 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F dapat dilihat pada gambar 2.















Gambar 2. Histogram tinggi tunas stump karet 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F





Diameter Tunas (mm)
Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter diameter tunas 3 – 8 MST. Pada perlakuan ZPT Rootone-F berbeda nyata terhadap parameter diameter tunas 3 – 8 MST. Interaksi antara media tanam dan ZPT Rootone-F tidak berbeda nyata terhadap parameter diameter tunas 3 – 8 MST.

Rataan diameter tunas stump karet 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F dapat dilihat pada tabel 3.





Tabel 3. Rataan diameter tunas stump karet 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F





Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter diameter tunas 8 MST tertinggi yaitu M1 (0,34) dan terendah M0 (0,31).

Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada perlakuan ZPT Rootone-F terhadap parameter diameter tunas 8 MST tertinggi yaitu R2 (0,36) dan terendah R0 (0,19).

Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada interaksi antara media tanam dan ZPT Rootone-F terhadap parameter diameter tunas 8 MST tertinggi yaitu M1R2 (0,57) dan terendah M0R0 (0,28).

Histogram diameter tunas stump karet 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F dapat dilihat pada gambar 3.







Gambar 3. Histogram diameter tunas stump karet 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan ZPT Rootone-F



Pembahasan


Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter persentase mata melentis tertinggi yaitu M1 (62,50) dan terendah M0 (50,00). Ini menunjukkan bahwa sub soil ditambah pasir dan kompos mempengaruhi persentase mata melentis, selain itu persentase mata melentis juga dipengaruhi oleh faktor keadaan lingkungan. Karena, kesesuaian tanah dan lingkungan yang serasi sangat baik untuk pertumbuhan tanaman karet. Hal ini sesuai dengan literatur Widianto (2000) yang menyatakan bahwa media yang digunakan untuk pengamatan bisa hanya terdiri atas pasir saja tetapi kadang-kadang juga diberikan campuran sekam padi, lumut yang telah membusuk, tanah gembur, kompos, top soil dan lainnya. Banyak media yang dapat digunakan untuk penanaman benih asalkan tanahnya gembur dan halus, sehingga akar tanaman yang baru keluar tidak terhambat pertumbuhannya.

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter diameter tunas 8 MST tertinggi yaitu M1 (0,34) dan terendah M0 (0,31). Hal ini menunjukkan bahwa media yang berupa sub soil ditambah dengan pasir dan kompos lebih menekankan pertumbuhan tanaman. Pasir telah memudahkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang dikarenakan keadaan aerasi tanah yang baik dan pupuk sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan literatur Syamsulbahri (1996) yang menyatakan bahwa tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah berpasir hingga laterit merah dan podsolik kuning, tanah atau gunung, tanah berliat serta tanah yang mengandung peat. Tampaknya tanaman karet tidak memerlukan kesuburan tanah yang khusus ataupun topografi tertentu.

Pengaruh ZPT Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan ZPT Rootone-F terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu R2 (5,22) dan terendah R0 (3,24). Dan pada pengamatan parameter diameter tunas 8 MST terntinggi yaitu R2 (0,36) dan terendah R0 (0,19). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian Rootone-F pada konsentrasi yang rendah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan batang. Dimana Rootone-F merupakan hormon tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur Gardner dkk. (1991) yang menyatakan bahwa respon auksin berhubungan dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat, yang dapat dijelaskan sebagai persaingan untuk mendapatkan peletakan pada tempat kedudukan penerima yaitu penambahan konsentrasi meningkatkan kemungkinan terdapatnya molekul yang sebagian melekat menempati tempat kedudukan penerima, yang menyebabkan kurang efektifnya gabungan tersebut.

Dari hasil percobaan diperoleh bahwa pada perlakuan ZPT Rootone-F terhadap parameter persentase mata melentis tertinggi yaitu R2 (61,11) dan terendah R0 (38,89). Hal ini karena zat Rootone-F yang digunakan sebagai perangsang pertumbuhan dan keluarnya akar sehingga proses penyerapan unsur hara dan air dapat berlangsung. Hal ini sesuai dengan literatur Setjamidjaja (1993) yang menyatakan bahwa Rootone –F bukanlah fitohormon atau pestisida, tetapi merupakan suatu zat yang merangsang proses kimia (biokimia) dan fisiologi tanaman. Zat ini masuk kedalam tanaman dengan cara meresap, baik melalui daun, akar maupun kuncup bunga yang memberikan kekuatan vital untuk menjalankan pertumbuhan.

Pengaruh Interaksi Antara Media Tanam dan ZPT Rootone-F Terhadap Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)

Dari hasil percobaan pada perlakuan interaksi antara media tanam dan ZPT Rootone-F terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu M1R2 (7,87) dan terendah M1R0 (4,70). Ini menunjukkan bahwa media sub soil ditambah pasir dan kompos serta ZPT Rootone-F bersama-sama membantu pertumbuhan tanaman karet. Dimana sub soil ditambah pasir dan kompos sebagai media tanam dan penyedia unsur hara. Hal ini sesuai dengan literatur Hartmann et. al (1981) yang menyatakan bahwa partikel-partikel pasir yang ukurannya jauh lebih besar dan memiliki permukaan yang kecil (dengan berat yang sama) dibandingkan dengan debu dan liat. Oleh karena itu peranannya dalam mengatur sifat-sifat tanah. Serta ZPT Rootone-F sebagai hormon yang memacu pertumbuhan tunas. Hal ini sesuai dengan literatur Zulkarnain dan Hadiyono (1991) yang menyatakan bahwa auksin menyebabkan pemanjangan sel dan pembengkakan jaringan, pembelahan sel (pembentukan kalus) dan pembentukan akar adventif, menghambat pembentukan tunas adventif dan tunas aksilar serta berperan dalam embryogenesis pada kultur suspensi.










KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Media tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase mata melentis, tinggi tunas 3 – 8 MST, dan diameter tunas 3 – 8 MST
2. Pemberian ZPT Rootone-F berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 3 MST, 4 MST, diameter tunas 3 – 8 MST tetapi tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase mata melentis dan tinggi tunas 5 – 8 MST
3. Interaksi antara media tanam dan ZPT Rootone-F tidak berbeda nyata terhadap parameter persentase mata melentis, tinggi tunas 3 – 8 MST, dan diameter tunas 3 – 8 MST

Saran
Sebaiknya pada saat hendak melakukan percobaan ini, jenis stump karet yang hendak diteliti harus diketahui jenis entres dan batang bawahnya


DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H.O. dan N.C. Brady.1982. Ilmu Tanah. Terjemahan Soegiman.
Bhratara Karya Aksara. Jakarta

Dwidjoseputro. 1994.Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka.
Jakarta

Hartmann, H.T., J.William, Klackers, M.Anton dan Konfafrek. 1981. Plant
Science. Prentice Hall Inc. New Jersey

Hasibuan, B.E. 2006. Ilmu Tanah. USU Press. Medan

http://bdpunib.org. Zat Pengatur Tumbuh. Diakses pada tanggal 4 April 2009

Kartasapoetra, A.G. 1988. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan di Daerah
Tropik. Bina Aksara, Jakarta

Setiawan, D.H. dan Agus A. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet.
Agromedia Pustaka. Jakarta

Setyamidjaja, D. 1993. Karet. Kanisius. Yogyakarta

Setyamidjaja, D. 1991. Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Sianturi, H.S.D. 2001. Budidaya Tanaman Karet. USU Press. Medan

Simamora, S. dan Salundik. 2006. Meningkatkan Kualitas Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Siregar, T.H.S. 1995. Teknik Penyadapan Karet. Kanisius. Yogyakarta

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius.
Yogyakarta

Syamsulbahri. 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan. UGM Press.
Yogyakarta

Tim Penulis PS. 1999. Karet Strategi Pemasaran Budidaya dan Pengolahan.
Penebar Swadaya. Jakarta

Widianto, L. 2000. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya.
Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment please...