Laman

Senin, 05 Oktober 2009

pengaruh pemberian pupuk kimia pada tanah ultisol Mancang terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) dengan metode substraksi minus one test

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KIMIA PADA TANAH ULTISOL MANCANG TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN METODE SUBSTRAKSI MINUS ONE TEST



LAPORAN




OLEH:

JUNITA SINAMBELA/ 070301054
BDP - AGRONOMI
IV















LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 9
PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KIMIA PADA TANAH ULTISOL MANCANG TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DENGAN METODE SUBSTRAKSI MINUS ONE TEST

LAPORAN


OLEH:

JUNITA SINAMBELA/ 070301054
BDP - AGRONOMI
IV

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Pra Praktikal Test
di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan














LABORATORIUM KIMIA DAN KESUBURAN TANAH
DEPARTEMEN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2 0 0 9
PENDAHULUAN



Latar Belakang


Ultisol berasal dari kata ultus artinya akhir, perkembangan tanah pada tingkat akhir atau tanah-tanah tua. Pada tanah-tanah ini terjadi akumulasi liat, pada horizon bawah, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah rendah, kurang dari 35% dan pHnya rendah (asam). Tanah seperti ini banyak dijumpai di Indonesia yang dulu dikenal dengan nama Podzolik Merah Kuning (PMK). Bisa juga tanah ini termasuk latosol (Hasibuan, 2006).

Unsur hara mineral dapat dibedakan atas unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Al, Cu, Zn, Mo, B, Cl). Kedua kelompok unsur tersebut essensial untuk pertumbuhan tanaman. Perberdaannya adalah kandungannya di dalam jaringan tanaman. Kelimpahan unsur (atau kepentingannya) untuk pertumbuhan tanaman tidak direfleksikan berdasarkan banyaknya di dalam tanah. Beberapa unsur hara mikro, seperti Fe, terdapat dalam jumlah yang cukup banyak. Unsur yang lain seperti Al juga cukup banyak di dalam tanah yang bereaksi asam, tetapi tidak dimanfaatkan oleh tanaman (Sutanto, 2005).

Tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui beberapa faktor yaitu (1)suhu, (2)air, (3)udara, dan (4)unsur-unsur hara. Keempat faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan sesamanya. Dengan demikian kekurangan salah satu faktor tersebut dapat menyebabkan terbatasnmya produksi tanaman. Hal ini kemudian dikenal dengan prinsip faktor pembatas yaitu tingkat produksi tidak akan lebih tinggi dari apa yang dicapai tanaman yang tumbuh dalam keadaan dengan faktor-faktor yang paling minimum (Hakim, dkk., 1986).

Unsur hara dalam tanah mempunyai daur yang berbeda antara unsur hara yang satu dan unsur hara lainnya. Ada pengusahaan tanah dengan daur yang tertutup. Artinya, tanah tidak mendapat masukan berupa pupuk dari luar. Hara yang berada di dalam tanah berasal dari hasil mineralisasi sisa tanaman yang hidup di atasnya, misalnya pada tanah yang dijadikan hutan lindung, hutan produksi, dan juga hutan yang dijadikan suaka margasatwa. Dengan demikian tanaman yang hidup di atasnya berswasembada hara tanaman. Keperluan unsur dapat dipenuhi tanaman sendiri dengan meruntuhkan daun, ranting, buah, akar, batang dan sebagainya ke tanah yang kemudian dirombak oleh biologi dan mikrobiologi tanah. Dalam proses perombakan ini sebagian menjadi humus tanah dan sebagian lagi mengalami proses mineralisasi, sisa tanaman akan melepaskan hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumalah dan macam yang sangat bervariasi. Unsur N, P, K, Ca, Mg, dan S yang dilepaskan ke dalam tanah antara lain berupa ion-ion NH4+, NO3‾, PO43‾, H2PO4‾, HPO42‾, K+(K2O), Ca2+ (CaO), Mg2+ (MgO), dan SO42‾ (Rosmarkam dan Nasih, 2002).

Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat digunakan untuk pertanaman jagung. Tetapi jagung yang ditanaman pada tanah yang genbur, subur dan kaya akan humus dapat memberi hasil dengan baik di samping pengelolaan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha pertanaman jagung (AAK, 1993).



Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian pupuk kimia pada tanah ultisol mancang terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) dengan metode substraksi minus one test.

Hipotesa Percobaan

Diduga pemberian pupuk kimia dengan metode substraksi minus one test dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah Ultisol Mancang.

Kegunaan Percobaan


- Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
- Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.













TINJAUAN PUSTAKA



Sifat dan Ciri Ultisol


Ultisol adalah tanah yang telah berkembang dengan profil A/E/Bt/C. Dibentuk oleh kombinasi proses literalisasi dan podsolisasi, dengan penekanan pada literalisasi, di daerah humid panas hingga humid tropis, dimana proses pencucian sangat menonjol. Di bawah kondisi ini tanah sangat terlapukkan dan horizon A terakumulasi oleh sejumlah Fe oksidasi yang mengakibatkan warna kuning hingga merah (Musa, dkk., 2006).
Ciri tanah ultisol yang terutama menjadi kendala bagi budaya tanaman ialah : 1) pH randah; 2) Kejenuhan Al tinggi; kemungkinan besar juga Fe dan Mn aktif tinggi; 3) Lempung beraktivitas rendah (LAC) bermuatan terubahkan (variable charge); 4) Daya semat terhadap fosfat kuat; 5) Kejenuhan basa rendah; kadar Cu rendah dalam tanah yang berasal dari bahan induk masam (feksil) atau batuan pasir, sedang kadar Zn biasanya cukup namun cenderung terillusiasi dalam horizon B; 6) kadar bahan organic rendah dan itupun terlonggok dalam lapisan permukaan tipis (horizon A tipis) dan dengan sendirinya kadar N pun rendah serta terbatas dalam lapisan permukaan tipis-tipis itu; 7) Daya simpan air terbatas; 8) Jeluk (depth) efektif terbatas, terutama pada aerosol yang horizon ariliknya berkembang tegas dan dangkal; 9) Derajat agresi rendah dan kemantapan agregat lemah yang menyebabkan tanah rendah (susceptible) terhadap erosi yang menjadi kendala pada lahan belerang, baik pada lahan belerang, maupun pada lahan yang datar (Notohadiprawiro, 2006).
Dengan manajemen tingkat tinggi, ultisol dapat menjadi beberapa tanah produktif di dunia. Ultisol berada di area yang bebas dingin untuk periode/waktu yang lama dan juga di area humid (lengas) dengan curah hujan yang cukup untuk pertanian atau ketersediaan air yang cukup untuk irigasi. Bagaimanapun, ketersediaan nutriennya walaupun lebih baik daripada oxisols adalah relatif rendah sampai sedang. Keduanya penyuburan dan pengapuran adalah fakta/keharusan jika pengolahan lanjutan adalah untuk produksi hasil sedang hingga tinggi. Hasil yang optimum di area ini dengan syarat manajemen pemupukan yang baik, alternatif pengapuran, dan seleksi tanaman yang akan dikembangkan. Juga, pengendalian populasi serangga / hama dan penyakit cendawan pada iklim hangat basah (Donahue, et al., 1977).
Tanah yang memiliki horison argilik dengan kejenuhan basa rendah (<35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah; tidak mempunyai lidah-lidah yang menembus horison albik dan oksik. Tanah ini sudah berkembang lanjut di bentang lahan yang tua dan stabil atau bahan induk yang terlapuk lanjut. Tanah yang ekuivalen adalah lateritik cokelat-kemerahan dan podsolik merah-kuning (Sutanto, 2005). Secara definisi Ultisol dibatasi di area yang temperatur medium tahunan adalah 8 C (47 F) atau lebih panas; dan jika pertngahan musim panas dan pertengahan musim dingin adalah 15 C (59 F) atau lebih panas jika dengan sebuah horison O atau 8 C (47 F) atau lebih panas jika tanpa sebuah horison O. Ultisol adalah tanah yang memiliki status dasar asam. Dasar saturasinya (dengan metode penjumlahan kation) adalah lebih dari 35 % pada 1,25 m (50 inci) di bawah batas tertinggi dari horison argilik atau 1,8 m (72 inci) di bawah permukaan, atau pada sebuah kontak litik atau paralitik yang mana adalah lebih dangkal (Buol, et al., 1980) Unsur Hara Nitrogen (N) Nitrogen adalah unsur hara makro utama yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak, diserap tanaman dalam bentuk ammonium (NH4+) dan nitrat (NO3+). Sumber N tidak diperoleh dari batuan dan mineral tapi berasal dari hasil pelapukan bahan organis, dari udara melalui fiksasi N oleh mikroorganisme baik yang bersimbiosa dengan akar tanaman leguminosa seperti bakteri Rhizobium atau tidak seperti bakteri Azobacter dan Clostridium. Sumber lain dari nitrogen di dalam tanah melalui air hujan dan melalui pupuk buatan seperti urea atau ZA (Hasibuan, 2006). Posfor (P) Fosfor merupakan unsur yang diperlukan dalam jumlah besar (hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan dengan nitrogen dan kalium. Tetapi, fosfor dianggap sebagai kunci kehidupan (key of life). Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion ortofosfat primer ( H2PO4-) dan ion ortofosfat sekunder (HPO4=). Menurut Tisdak (1985), kemungkinan P masih dapat diserap dalam bentuk lain, yaitu bentuk finofosfat dan metafosfat. Bahkan, ada pendapat lain (Thomson, 1982) bahwa kemungkinan P diserap dalam bentuk senyawa fosfat organik yang larut air, misalnya asm nukleat dan phitin (Rosmarkam dan Nasih, 2002). Kalium (K) Potassium terjadi sebuah kation sederhana (K+) seluruhnya pada system tanah dan tumbuhan. Potassium adalah lebih mobil dan oleh karena itu, pokok persoalan yang sesungguhnya tercuci pada tanah berpasir, khususnya jika pH relative rendah. Potassium terjadi pada pertukaran kompleks dari semua tanah tetapi untuk sebuah tingkat yang jauh lebih besar pada tanah berliat (Sopher dan Jack, 1982). Kalsium (Ca) Kalsium dibutuhkan oleh semua tanaman tingkat tinggi; diserap dalam bentuk ion-ion Ca2+, terdapat dalam jumlah tinggi pada bagian daun, dan pada beberapa species tanaman mengendap sebagai Ca-oksalat di dalam sel-sel. Kekurangan Ca pada tanaman dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan pucuk tanaman dan ujung-ujung akar. Sehingga dengan kedua fenomena tersebut pertumbuhan tanaman dapat terhenti (Nyakpa, dkk., 1988). Magnesium (Mg) Sumber magnesium dalam tubuh tanah meliputi : a) silikat, seperti : augit, biotit, diopsit, hornblende, klorit, olivin dengan serpentin, talk, turmalin, vermikulit, b) oksida, seperti : magnesium oksida, C) karbonat seperti: dolomit, d) hidroksida, seperti brusit (magnesium hidroksida), dan e) sulfat: kiserit (MgSO4¬.H2O) dan langbeinit (K2SO4.2HgSO4). Magnesium diserap akar tanaman dalam bentuk ion Mg++. Anasir magnesium ini merupakan pelikan penyusun molekul khlorofil yang terletak pada pusat molekul dan mempunyai peranan penting dalam pembentukan klorofil (Mas’ud, 1992). Defisiensi Unsur Hara Nitrogen (N) Gejala tanaman yang mengalami defisiensi N adalah : pertumbuhan tanaman lambat. Mula-mula daun menguning dan mengering, lalu rontok. Daun yang menguning diawali dari daun bagian bawah, lalu disusul daun bagian atas. Posfor (P) Gejala tanaman yang mengalami defisiensi P adalah : daun bawah berubah warna menjadi tua atau tampak mengilap merah keunguan. Kemudian menjadi kuning keabuan, dan rontok. Tepi daun, cabang dan batang berwarna merah ungu, kemudian menjadi kuning. Batang kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah. Jika sudah terlanjur berbuah, ukurannya kecil, jelek dan tidak tahan lama adalah gejala tanaman yang mengalami defisiensi K. Kalium (K) Defisiensi kalium memang agak sulit diketahui, karena gejala ini jarang tampak ketika tanaman masih muda. Gejala yang terdapat pada daun terjadi secara setempat-setempat. Pada permulaannya tampak agaka mengerut dan kadang-kadang mengkilap, selanjutnya sejak ujung dang tepi daun agak menguning Kalsium (Ca) Defisiensi Ca pada tanaman ditandai oleh tepi daun muda mengalami klorosis, lalu menjalar ke tulang daun. Kuncup tanaman muda tidak berkembang dan mati. Terdapat bintik hitam pada serat daun, akar pendek, buah pecah dn bermutu rendah. Magnesium (Mg) Tanaman yang membutuhkan pupuk Mg mengalami gejala-gejala sebagai berikut : daun tua menglami klorosis, menguning dan bercak cokelat, hingga akhirnya rontok. Pada tanaman yang menghasilkan biji akan menghasilkan biji yang lemah (Redaksi Agromedia, 2007). Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) termasuk ordo Zea dan famili Poaceae. Tanaman ini mempunyai tinggi batang antara 60-300 cm. Batangnya berbentuk bulat atau agak pipih, beruas-ruas dan umumnya tidak bercabang. Sistem perakaran jagung terdiri atas akar primer, akar lateral, akar horizontal, dan akar udara. Daun jagung tumbuh di setiap ruas batang. Daun ini berbentuk pipa, mempunyai lebar 4-15 cm dan panjang 30-150 cm,serta didukung oleh pelepah daun yang menyelubungi batang. Jagung mempunyai dua jenis bunga yang berumah satu. Bunga jantan tumbuh di ujung batang dan tersusun dalam malai. Bunga betina tersusun dalam tongkol dan tertutup oleh klobot. Bunga ini muncul dari ketiak daun yang terletak pada pertengahan batang (Najiyati dan Danarti, 1999). Jagung manis beradaptasi cukup baik terhadap iklim bebas bunga es dan ditanam hingga lintang sejauh 50o dari khatulistiwa. Namun, jagung manis tidak beradaptasi dengan baik pada kondisi tropika basah. Hampir selalu ditanam langsung, benih ditanam dengan kedalaman 3-5 cm. Jarak tanam rata-rata jagung manis umumnya 20-25 cm dalam barisan, dan 15-90 cm antar barisan. Penanaman berkelompok (hill) yang terdiri dari beberapa batang tanaman dalam satu lubang tanam dilakukan dengan jarak tanam yang lebih lebar. Jarak tanam yang terlalu renggang dapat meningkatkan kemampuan tanaman untuk menghasilkan tongkol ganda (dua tongkol per tanaman) (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Sweet corn sangat cocok ditanam di daerah yang sejuk dan cukup dingin. Tanaman ini tumbuh baik mulai dari 50oLU – 40oLS dengan ketinggian tempat 3000 m dpl. Faktor-faktor iklim yang paling mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah curah hujandan suhu. Secara umum, sweet corn memerlukan air sebanyak 200-300mm/bulan, sedangkan selama pertumbuhannya selama 300-600 mm. Keadaan suhu yang baik untuk pertumbuhan sweet corn adalah 21-30oC. Namun pada suhu rendah 16oC dan suhu tinggi 35oC, sweet corn masih dapat tumbuh. Suhu optimum untuk perkecambahan benih berkisar antara 21-27oC (Tim Penulis PS, 2002). Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai kandungan hara yang cukup. Tersedianya zat makanan di dalam tanah sangat menunjang proses pertumbuhan tanaman hingga menghasilkan/berproduksi (AAK, 1993). Derajat kemasaman tanah (pH yang paling baik untuk tanaman jagung hibrida adalah pH 5,5-7,0. Pada pH netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung banyak tersedia didalamnya. Tanah-tanah yang pH-nya kurang dari 5,5 dianjurkan diberi pengapuran untuk menaikkan pH. Tanah yang pH-nya kurang dari 5,5 (masam) akan mengakibatkan unsur-unsur mikro (Al, Fe, Zn, Mn, Cu) banyak yang terlarut sehingga meracuni. Demikian juga unsur-unsur P banyak diikat oleh unsur Al dan Fe sehingga tidak dapat diserap oleh akar tanaman jagung. Bila pH tanah lebih dari 7,0 (alkalis), unusr P terikat oleh Ca sehingga tidak terlarut dalam air yang berakibat sulit diserap oleh akar tanaman. Jadi, pH tanah dan unsur-unsur hara yang ada (tersedia) bagi tanaman saling mengait (Warisno, 1998). BAHAN DAN METODE Tempat Dan Waktu Percobaan Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan dan di Laboratorium Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut. Percobaan ini dilakukan pada bulan Februari 2009 sampai dengan bulan April 2009. Bahan Dan Alat Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih jagung (Zea mays L.) sebagai objek percobaan, tanah ultisol sebagai media tanaman, pupuk Urea 200 mg N/1 kg TKO (0.45 gram), SP36 150 mg P/1 kg (4.771 gram), MOP 100 mg K/1 kg TKO (1.004 gram), CaCo3 50 mg Ca/1 kg TKO (0.625 gram), dan Kiesent 50 mg K/1kg TKO (1.851 gram), polybag sebagai wadah tanaman, air untuk merendam benih dan menyiram, plastic sebagai tempat pupuk, label nama sebagai penanda perlakuan, buku data sebagai tempat untuk data, tali plastik sebagai pembatas lahan percobaan, amplop untuk tempat tanaman pada saat akan diovenkan, dan bahan-bahan liannya yang mendukung dalam pelaksanaan praktikum. Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk mencangkul dan membersihkan tanah dari gulma, ayakan untuk mengayak tanah agar halus, karung untuk wadah tanah, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, jangka sorong untuk mengukur diameter batang tanaman, oven untuk mengoven tanaman, timbangan untuk menimbang pupuk, amplop untuk tempat tanaman dan akar tanaman yang akan di ovenkan , kalkulator untuk menghitung data, alat tulis untuk mencatat data, buku data untuk tempat mencatat data, cutter untuk memotong tanaman jagung, dan alat-alat lainnya yang dapat mendukung dalam pelaksanaan praktikum. Metode Percobaan Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan Metode Substraksi Minus One Test pada Tanaman Jagung (Zea mays L.). Prosedur Percobaan Pengambilan Contoh Tanah di Lapangan. - Diambil tanah Ultisol dari daerah Sampali pada lahan yang kosong yang luasnya 1 Ha. - Diambil tanah Ultisol secara komposit dari areal yang jauh dari tempat pembakaran, jauh dari parit dan pada areal itu tidak pernah dilakukan aplikasi pupuk. - Dicangkul tanah dengan kedalaman 15-20 cm pada 20 titik secara zig-zag. - Dikumpulkan contoh tanah, kemudian dimasukkan dalam karung. - Dikering udarakan tanah yang telah dikomposisikan. - Dilakukan pengangkutan pada tanah yang telah dikering udarakan agar tanah benar-benar kering. Perlakuan di Laboratorium - Diambil 10 g tanah sebagai contoh tanah yang akan dihitung kadar airnya dan berat tanah untuk setiap polybag dengan rumus % Ka dan % KL. BTKU – BTKO BTKU - BTKO % Ka = x 100 % % KL = x 100 % BTKO BTKO - Dihitung berat tanah untuk tiap polybag dengan rumus : BTKO = 5 + (%Ka + 5) Perlakuan di Lahan Percobaan - Diisi polybag dengan tanah yang telah diketahui beratnya. - Diberi label pada polybag yang sudah diisi tanah sesuai dengan perlakuan. - Dilakukan aplikasi pupuk pada setiap polybag sesuai dengan perlakuan . - Ditanam tanaman jagung pada polybag sebanyak 2 benih pada 1 polybag dengan kedalaman 2-3 cm. - Disiram tanaman jagung setiap hari dan penyiraman tidak dilakukan apabila hari hujan. - Disiangi gulma yang tumbuh pada areal atau lahan di dalam polybag agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman jagung. - Dihitung parameter tinggi tanaman setiap minggu. - Dihitung parameter jumlah daun setiap minggu. - Dihitung parameter diameter batang setiap minggu. - Diamati gejala visual yang terjadi. - Dicatat gejala-gejala yang tampak pada tanaman jagung pada buku data. - Data di-ACC-kan setiap pengambilan data. Denah Percobaan U B T S I II HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil No Perlakuan Parameter Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai) Diameter Batang (cm) 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kontrol Lengkap -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -PK -KCa -KMg -CaMg 111 150,3 180,3 95,2 154,4 156,5 153,6 105,2 126,6 104,3 127,7 151,2 159,1 100,2 170,2 130,2 145,3 164,1 162,4 162,7 95,1 144,2 93,0 148,2 151,3 193,1 7 10 13 7 11 10 12 6 8 6 9 10 10 6 10 9 8 12 12 12 6 8 6 12 10 12 1,5 2,2 2,7 1,4 2,1 1,8 2,2 1,3 1,5 1,3 1,8 1,8 1,8 1,7 2,1 1,5 1,2 2,1 2,0 1,7 2,8 1,4 1,9 1,2 2,5 2,5 Keterangan Secara Visual I II Daun kering , bolong, sebagian patah Daun patah, koyak Daun bolong, ujung kuning, koyak Daun patah, koyak Daun kering, bolong, kuning, koyak Daun patah, koyak Daun hijau, bawahnya koyak Daun bolong, patah, koyak Daun bolong, patah, lalu koyak Daun bolong, patah, koyak Daun bolong Daun bolong, koyak Daun bolong Daun bolong, koyak Daun bolong, patah, lalu koyak Daun bolong, koyak Daun bolong, patah, lalu koyak Daun bolong, koyak Daun bolong, patah, lalu koyak Daun patah Daun bolong, patah, lalu koyak Daun bolong, patah, koyak Daun kering, bolong, kuning, koyak Daun bolong, patah, koyak Daun bolong, patah, lalu koyak Daun bolong, patah, koyak Atas Perlakuan BKA I BKA II Total Rata-rata Kontrol 43,7 26,3 70 35 Lengkap 107,5 26,3 133,8 66,9 -N 44,7 177,5 222,2 111,1 -P 28,6 16,1 44,7 22,3 -K 167,3 121,4 288,7 144,3 -Ca 190,7 178,4 269,1 134,5 -Mg 145 132,7 277,7 138,8 -N,P 10,1 59,1 69,2 34,6 -N,K 78,6 64,7 143,3 71,6 -P,K 27,7 23,2 50,9 25,4 -K,Ca 121,4 55,8 177,2 88,6 -K,Mg 140,8 51,8 192,2 96,3 -Ca,Mg 145,3 64,7 210 105 Bawah Perlakuan BKB I BKB II Total Rata-rata Kontrol 51,8 57,2 109 54,5 Lengkap 473,4 363,2 908,6 454,3 -N 147,6 435,3 582,9 291,4 -P 96,8 40,8 137,6 68,8 -K 435,3 320 755,3 377,6 -Ca 383 379,7 762,7 381,3 -Mg 393,8 340,8 734,6 367,3 -N,P 83,5 120,9 204,4 102,2 -N,K 157,4 192,8 350 175,1 -P,K 115,2 114,8 230 115 -K,Ca 403,6 91, 7 7495,3 247,6 -K,Mg 312,8 286,3 599,1 299,5 -Ca,Mg 302,9 262,3 265,2 132,6 Perbandingan % Terhadap Lengkap No Perlakuan Parameter Tinggi Tanaman (%) Jumlah Daun (%) Diameter Batang (%) 1 2 1 2 1 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kontrol -N -P -K -Ca -Mg -NP -NK -PK -KCa -KMg -CaMg 73,85 119,96 63,33 102,72 104.12 102.19 69,99 84,23 69,39 84,96 100,59 105,85 58,87 76,49 85,37 96,41 95,41 95,59 55,87 84,72 54,64 87,07 88,89 113,45 70 130 70 110 100 120 60 80 60 90 100 100 60 90 80 120 120 120 60 80 60 120 100 120 68,18 122,72 63,63 95,45 81,81 100 59,09 68,18 59,09 81,81 81,81 81,81 80,95 68,18 57,14 100 95,23 80,59 133,33 66 90,47 57,14 119.04 119,04 Keterangan : 0-20 % : Gawat 21-50% : Berat 51-89% : Sedang >89% : Cukup











Pembahasan

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa defisiensi hara P sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Dapat diketahui bahwa tanaman dengan perlakuan –P (63,33% & 85,37%), -NP (69,99% & 55,87%), dan –PK (69,39% & 54,64%) dengan kriteria defisiensi sedang. Pada perlakuan selain –P dan –P kombinasi defisiensi hara tidak begitu berarti. Jadi dapat disimpulkan bahwa tanah ultisol mempu menyerap baik unsur P dari pemupukan yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan literatur Notohadiprawiro (2006) yang menyatakan salah satu cirri tanah ultisol adalah daya semat terhadap fosfat kuat.
Berdasarkan percobaan tersebut juga diketahui bahwa pemupukan berdampak baik pada produktivitas sebesar 26,15% yaitu dari perbandingan persentase control dan perlakuan pemupukan lengkap. Melalui manajemen yang tepat, tanah ultisol merupakan jenis tanah yang produktif dibandingkan jenis tanah yang lain untuk pengembangan pertanian. Hal ini sesuai dengan literature Donahue,et al.(1977) yang menyatakan bahwa dengan manajemen tingkat tinggi, ultisol dapat menjadi beberapa tanah produktif di dunia. Ultisol berada di area yang bebas dingin untuk periode/waktu yang lama dan juga di area lembab (lengas) dengan surah hujan yang cukup untuk pertanian atau ketersediaan air yang cukup untuk irigasi.
Dengan mengacu pada data di atas, diketahui bahwa perlakuan dengan minus tidak menyebabkan tanaman mengalami defisiensi unsur K. Hal ini mengarah kepada fakta bahwa tanah ultisol memiliki jumlah dan ketersediaan K yang cukup. Potassium/ kalium terjadi pada pertukaran kompleks dan terdapat banyak pada tanah dengan kandungan liat tinggi. Hal ini sesuai dengan literature Sopher dan Jack (1982) yang menyatakan bahwa potassiumterjadi pada pertukaran kompleks dari semua tanah tetapi untuk sebuah tingkat yang jauh lebih besar pada tanah berliat.
Melalui pengamatan visual yang dilakukan dapat diketahui bahwa tanaman yang mengalami defisiensi P akan menunjukkan gejala berupa warna daun yang berubah menjadi hijau keunguan. Hal ini sangat nampak pada awal-awal pertumbuhan tanaman. Defisiensi unsur P terjadi pada perlakuan control, -P, -NP, dan –PK. Daun bagian bawah (yang lebih tua) berwarna keunguan sebagai pertanda mengalami kekurangan unsur hara P. Hal ini sesuai dengan literature Redaksi Agromedia (2007) bahwa gejala tanaman yang mengalami defisiensi P adalah : daun bawah berubah warna menjadi tua atau tampak mengilap merah keunguan. Kemudian menjadi kuning keabuan dan rontok. Tepi daun, cabang, dan batang berwarna merah ungu, kemudian menjadi kuning. Batang kerdil dan tidak menghasilkan bunga dan buah.
Berdasarkan percobaan tersebut dapat diketahui bahwa kandungan hara pada tanah ultisol sebagai media tumbuh tanaman jagung sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung tersebut. Jagung memerlukan kandungan hara yang cukup pada tanah ultisol tersebut untuk menjamin tersedianya zat makanan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman jagung. Hal ini sesuai dengan literature AAK (1993) bahwa tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai kandungan hara yang cukup. Tersedianya zat makanan di dalam tanah sangat menunjang proses pertumbuhan tanaman hingga menghasilkan/berproduksi.
KESIMPULAN



1. Pemberian pupuk kimia berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah Ultisol Mancang.
2. Ultisol Mancang mengalami kahat/defisiensi P dengan kriteria sedang.
3. Tanah Ultisol memerlukan manajemen yang baik untuk meningkatkan produktivitasnya.
4. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah berliat yang memiliki kandungan unsur K yang cukup.
5. Tanaman akan menunjukkan gejala defisiensi unsur hara secara morfologis sebagai reaksi dari proses-proses fisiologis tanaman.













DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1993. Jagung. Kanisius. Yogyakarta
Buol, S.W., F.D.Hole, R.J. McCracken. Soil Genesis and Classification. The
Iowa State University Press. Ames

Donahue, R.L., Raymond W.M., and John C.S. 1977. Soil An Introduction To
Soils and Plant Growth. Prentice Hall inc. Englewood Cliffs. New Jersey

Hakim, N.,dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung

Hasibuan, B.E. 2006. Ilmu Tanah. USU Press. Medan

Mas’ud, P. 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung

Musa, dkk. Dasar Ilmu Tanah. USU Press. Medan

Najiyati, S. dan Danarti. 1999. Palawija Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Penerbar Swadaya. Jakarta

Notohadiprawiro, T. 2006. Ultisol. Fakta dan Implikasi Pertaniannya. UGM
Press. Yogyakarta

Nyakpa, M.Y.,dkk. 1988. Kesuburan Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung

Redaksi Agromedia. 2007. Pupuk dan Pemupukan. Agromedia Pustaka. Jakarta

Rosmarkam, A. dan Nasih W.Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta

Rubatzky. V.E. dan Mas Yamaguchi. Sayuran Dunia, Prinsip Produksi dan Gizi. Jilid Pertama. Penerbit ITB. Bandung

Sopher, C.D. dan Jack V.B. 1982. Soil and Soils Management. Reston Publishing Company,Inc. A Prentice-Hall Company. Reston-Virginia

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius. Yogyakarta

Tim Penulis PS. 2002. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta

Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment please...