Laman

Rabu, 07 Oktober 2009

pengaruh media tanam dan kompos azolla (Azolla sp.) terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) D X P di pre nursery

PENGARUH MEDIA TANAM DAN KOMPOS AZOLLA (Azolla sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) D X P
DI PRE NURSERY


LAPORAN

OLEH :
JUNITA SINAMBELA
070301054/BDP-AGRONOMI
16





LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
PENGARUH MEDIA TANAM DAN KOMPOS AZOLLA (Azolla sp.) TERHADAP PERTUMBUHAN KECAMBAH
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) D X P
DI PRE NURSERY

LAPORAN
OLEH :
JUNITA SINAMBELA
070301054/BDP-AGRONOMI
16

Laporan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Praktikal Test
di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan
Fakultas Pertanian Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh
Dosen Penanggungjawab



(Ir. Balonggu Siagian, MS)
NIP. 130 806 538

Diketahui Oleh:
Asisten Koordinator



(Eko Andi Pasaribu)
NIM. 040301001 Diperiksa Oleh:
Asisten Korektor



(Hayati Silalahi)
NIM. 040301037


LABORATORIUM AGRONOMI TANAMAN PERKEBUNAN
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
ABSTRACT
The objective of this experiment was to know effect of media and azolla dung in growing of palma’s bud. The experiment was conducted in Agronomi Tanaman Perkebunan I Laboratory Land, Agriculture Faculty, North Sumatera University with altitude ± 25 m above sea level, from March to May 2009. The experiment used Randomized Complete Block Design (RAK) with 2 factors and 4 replications. The first factor was media, top soil, sand, sub soil, and fertilizer. The second one was azolla, 7 gr, 14 gr, and 21 gr. The experiment result showed that media gave significant effect of height and leaves of bud. Azolla gave significant effect of height and leaves of bud, and diameter of stem. Interaction between media and azolla gave significant effect of height and leaves of bud.

Keywords : media, azolla, bud




















ABSTRAK
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam dan kompos azolla terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit. Percobaan ini dilaksanakan di lahan percobaan Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan I Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, pada ketinggian ± 25 m dpl dari bulan Maret sampai Mei 2009 dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan dua faktor perlakuan dan empat ulangan. Faktor I adalah media tanam top soil dan pasir, sub soil dan pupuk kandang. Faktor II adalah kompos azolla 7 gr, 14 gr, 21 gr. Hasil percobaan menunjukkan bahwa media berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas, jumlahdaun. Azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas, jumlah daun, diameter batang. Sedangkan interaksi antara media dan azolla berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas, jumlah daun.

Kata kunci : media, azolla, kecambah








RIWAYAT HIDUP
Junita Sinambela lahir pada tanggal 2 April 1989 di Medan. Anak pertama dari empat bersaudara. Anak dari Bapak P. Sinambela dan Ibu N. Manurung.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
SD Negeri 050721 di Gohor Lama Tamat tahun 2001
SMP Negeri 1 di Hinai Tamat tahun 2004
SMA Negeri 1 di Stabat Tamat tahun 2007

Penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur SPMB pada pilihan pertama pada tahun 2007 sampai sekarang.

























KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Esa karena atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan laporan ini tepat pada waktunya.

Adapun judul dari laporan ini adalah “Pengaruh Media Tanam dan Kompos Azolla (Azolla sp.) Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)” yang merupakan salah satu syarat unutk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Balonggu Siagian, MS dan Ir. Charloq Nababan, MP selaku dosen mata kuliah Agronomi Tanaman Perkebunan serta kepada abang dan kakak asisten yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Mei 2009

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRACT i
ABSTRAK ii
RIWAYAT HIDUP iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Percobaan 2
Hipotesis Percobaan 2
Kegunaan Percobaan 3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman 4
Syarat Tumbuh 5
Iklim 5
Tanah 6
Pembibitan Kelapa Sawit 7
Media Tanam 10
Kompos Azolla 10

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Percobaan 13
Bahan dan Alat 13
Metode Percobaan 13

PELAKSANAAN PERCOBAAN
Persiapan Media Tanam 16
Aplikasi Kompos Azolla 16
Penanaman 16
Pemeliharaan Tanaman 16
Penyiraman 16
Penyiangan 17
Pengamatan Parameter 17
Tinggi Tanaman (cm) 17
Jumlah Daun (helai) 17
Diameter Batang (mm) 17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 19
Pembahasan 25
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 28
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN





























DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Rataan tinggi tunas kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam dan
kompos azolla 20
2. Rataan jumlah daun kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam dan
kompos azolla 22
3. Rataan diameter tunas kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam dan
kompos azolla 24




















DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Histogram tinggi tunas kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam
dan kompos azolla 21
2. Histogram jumlah daun kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam
dan kompos azolla 23
3. Histogram diameter tunas kelapa sawit 8 MST dari perlakuan media tanam
dan kompos azolla 25













DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul Hal
1. Data tinggi tunas kelapa sawit 1 MST (cm) 30
2. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 1 MST 30
3. Data tinggi tunas kelapa sawit 2 MST (cm) 30
4. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 2 MST 31
5. Data tinggi tunas kelapa sawit 3 MST (cm) 31
6. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 3 MST 31
7. Data tinggi tunas kelapa sawit 4 MST (cm) 32
8. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 4 MST 32
9. Data tinggi tunas kelapa sawit 5 MST (cm) 32
10. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 5 MST 33
11. Data tinggi tunas kelapa sawit 6 MST (cm) 33
12. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 6 MST 33
13. Data tinggi tunas kelapa sawit 7 MST (cm) 34
14. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 7 MST 34
15. Data tinggi tunas kelapa sawit 8 MST (cm) 34
16. Daftar sidik ragam tinggi tunas kelapa sawit 8 MST 35
17. Data jumlah daun kelapa sawit 3 MST (helai) 35
18. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 3 MST 35
19. Data jumlah daun kelapa sawit 4 MST (helai) 36
20. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 4 MST 36
21. Data jumlah daun kelapa sawit 5 MST (helai) 36
22. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 5 MST 37
23. Data jumlah daun kelapa sawit 6 MST (helai) 37
24. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 6 MST 37
25. Data jumlah daun kelapa sawit 7 MST (helai) 38
26. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 7 MST 38
27. Data jumlah daun kelapa sawit 8 MST (helai) 38
28. Daftar sidik ragam jumlah daun kelapa sawit 8 MST 39
29. Data diameter batang kelapa sawit 4 MST (mm) 39
30. Daftar sidik ragam diameter batang kelapa sawit 4 MST 39
31. Data diameter batang kelapa sawit 5 MST (mm) 40
32. Daftar sidik ragam diameter batang kelapa sawit 5 MST 40
33. Data diameter batang kelapa sawit 6 MST (mm) 40
34. Daftar sidik ragam diameter batang kelapa sawit 6 MST 41
35. Data diameter batang kelapa sawit 7 MST (mm) 41
36. Daftar sidik ragam diameter batang kelapa sawit 7 MST 41
37. Data diameter batang kelapa sawit 8 MST (mm) 42
38. Daftar sidik ragam diameter batang kelapa sawit 8 MST 42







PENDAHULUAN



Latar Belakang


Kelapa sawit ( Elaeis guineensis ) berasal dari Afrika dan masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor (Soehardjo, dkk., 1996).

Dari tahun 1940-an sampai 1970-an, Nigeria merupakan produsen terbesar minyak sawit dunia, setingkat di atas Indonesia. Malaysia merebut kedudukan Indonesia tersebut pada tahun 1966, satu tingkat di bawah Nigeria. Kini, Malaysia menduduki rangking pertama sebagai produsen minyak sawit dunia. Untuk lebih jelasnya Negara produsen utama minyak sawit dunia adalah Malaysia, Indonesia, Nigeria, Pantai Gading, Colombia, Thailand, Papua Nugini (Tim Penulis PS, 1997).

Bagi Indonesia, tanaman memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional.Selain mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber perolehan devisa negara. Indonesia merupakan salah satu produsen utama minyak sawit (Fauzi, dkk., 2007).

Perkebunan kelapa sawit komersial pertama di Indonesia mulai diusahakan pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah, dari 1.272 hektar pada tahun 1916 menjadi 92.307 hektar pada tahun 1938 (Hadi, 2004).

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Sebanyak 85 % lebih pasar dunia kelapa sawit dikuasai oleh Indonesia dan Malaysia. Menurut Derom Bangun, ketua GAPKI (Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia), pada tahun 2008 diperkirakan Indonesia bias menjadi produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Perkebunan kelapa sawit pun bias menghadirkan prestasi-prestasi yang membanggakan dan layak untuk ditiru. Kesemuanya itu bergantung kepada manajemen dan pemimpinnya (Pahan, 2006).

Minyak nabati yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah ( CPO atau crude palm oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO atau palm kernel oil) yang tidak berwarna (jernih). CPO atau PKO banyak digunakan sebagai bahan industri pangan (minyak goreng atau margarin), industri sabun (bahan penghasil busa), industri baja (bahan pelumas), industri tekstil, kosmetik, dan bahan baker alternatif (minyak diesel) (Sastrosayono, 2003).
Dalam keadaan dapat dihasilkan 30-45 kg/ha berarti sama dengan 100 kg urea. Ditemukan juga bahwa azolla tumbuh kembang lebih baik dari pada musim penghujan dari pada musim kemarau. Kegunaan azolla adalah sumber N dapat mengganti pupuk urea samapai 100 kg, pakan ternak/hijauan, pakan ikan, terutama ayam dan itik, menekan pertumbuhan gulma. Tanaman hias, kontrol terhadap perkembangan nyamuk ( http://wikipedia.org, 2008).

Secara kimia, kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, ketersediaan unsur hara dan ketersediaan asam humat. Asam humat akan membantu meningkatkan proses pelapukan bahan mineral. Secara biologi, kompos yang tidak lain adalah bahan organik merupakan sumber bagai mikroorganisme tanah (Simamora dan Salundik, 2006).

Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh media tanam dan kompos Azolla (Azolla sp.) terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) (D x P) di pre nursery.

Hipotesis Percobaan


 Ada pengaruh media tanam terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).
 Ada pengaruh kompos Azolla (Azolla sp.) terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).
 Ada pengaruh interaksi media tanam dan kompos Azolla (Azolla sp.) terhadap pertumbuhan kecambah kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.).

Kegunaan Percobaan


 Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium Agronomi Tanaman Perkebunan Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
 Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.



TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman


Menurut Soehardjo dkk. (1996) taksonomi tanaman kelapa sawit adalah :
Divisi : Tracheopita
Subdivisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermae
Subkelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cocoideae
Family : Palmae
Genus : Elaeis
Spesies : Elaeis guineensiss Jacq.

Tanaman kelapa sawit berakar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tertier, dan kuartier. Akar-akar primer umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai kedalaman ± 1 meter dan semakin ke bawah semakin sedikit (Risza, 1994).

Besarnya batang berdiameter 25 – 75 cm, di perkebunan umumnya 45 – 60 cm ; bahkan pangkal batang bisa lebih besar lagi pada tanaman tua. Biasanya pangkal-pangkal daun melekat beberapa tahun pada batang, berangsur-angsur lepas pada umur 11 tahun, bahkan ada yang sampai 17 tahun pada tanaman setengah liar (Sianturi, 1991).
Daun kelapa sawit bersirip genapdan bertulang sejajar. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri atau bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang terpanjang dan panjangnya dapat mencapai 1,20 m. Jumlah anak daun dalam satu pelepah berkisar antara 120 – 160 pasang (Setyamidjaja, 2006).

Pada tanaman kelapa sawit letak bunga jantan dan bunga betina terpisah, masing-masing tersusun pada tandan yang berbeda tetapi masih dalam satu pohon. Oleh karena itu, tanaman kelapa sawit disebut tanaman berumah satu atau monoceous. Namun demikian, terkadang dalam satu tandan terdapat bunga jantan sekaligus bunga betina. Bunga ini disebut bunga hermaprodit (Hadi, 2004).

Secara botani buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari perikarp yang terbungkus oleh eksokarp (kulit), mesokarp (yang secara salah kaprah biasanya disebut perikarp) dan endocarp (cangkang) yang membungkus 1- 4 inti/kernel (umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endoperm yang padat, dan sebuah embrio (Pahan, 2006).

Syarat Tumbuh


Iklim


Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tandan kelapa sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara – selatan 12 derajat pada ketinggian 0 – 500 m dpl. Beberapa unsur iklim yang penting dan saling mempengaruhi adalah curah hujan, sinar matahari, suhu, kelembapan uadar, dan angin (Fauzi, dkk., 2007).

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadapat perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit, pertunbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya kurang (Sastrosayono, 2003).

Yang penting untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalh distribusi hujan yang merata. Kemarau panjang dapat mengakibatkan pengeringan tanah di daerah perakaran yang relatif dangkal sehingga kelembaban tanah bias berada di bawah titik layu permanen. Inilah yang membuat tanaman sawit tumbuh lambat pada daerah beriklim moonson dan produksinya kecil. Kelembaban relatif paling sedikit 75% (Sianturi, 1991).

Selain sinar matahari dan curah hujan yang cukup, untuk tumbuh dengan baik tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum. Suhu optimum itu berkisar antara 29 – 30C. Beberapa faktor yang mempengaruhi suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat, maka akan terjadi kenaikan suhu. Suhu akan berpengaruh terhadap pembungaan dan kematangan buah (Tim Penulis PS, 1997).

Tanah


Kelapa sawit tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsilik, latosol, hidromorfik, hidromorfik kelabu, regosol, andosol, organosol dan aluviall Soehardjo, dkk., 1996 ).
Tanah perkebunan kelapa sawit hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Keasaman tanah (pH) 5,0 – 6,5 ; 2) kemiringan lahan 0 -15 ; 3) Solum 80 cm ; 4) ketinggian lahan 0 – 400 m dpl ; 5) Kedalaman air tanah 80 -150 cm dari permukaan ; 6) Drainase baik ; 7) kesuburan kimiawi cukup (diketahui dari hasil analisa tanah) (Hadi, 2004).

Pembibitan Kelapa Sawit


Benih tanaman kelapa sawit memiliki sawit yang tebal. Karena itu perlu persiapan yang lama untuk mengecambahkannya. Setelah buah masak dipanen, tandan buah diperam ( Fermentasi I ) selama 3 hari supaya semua buahnya rontok. Setelah itu, diperam lagi selama 3 hari ( Fermentasi II ) (Sastrosayono, 2003).

Pembibitan merupakan kegiatan – kegiatan awal di lapangan yang bertujuan untuk mempersiapakan bibit siap tanam. Pembibitan harus sudah dipersiapkan sekitar 1 tahun sebelum penanaman di lapangan, agar bibit yang ditanam tersebut memenuhi syarat pertama baik umurnya maupun ukurannya (Setyamidjaja, 2006). Untuk memperoleh bibit yang benar- benar sehat, unggul dan homogen maka bibit hanya dipilih ± 75 % saja. Sedangkan selebihnya 25 % sengaja dibuang (thinning out). Seleksi bibit ini sedemikian ketat karena bibitnya standar akan menentukan masa depan hasil panen dan kualitas tanaman (Rizsa, 1994).

Tahapan bibitan dapat dibagi dua yaitu : prapembibitan (prenursery) dan pembibitan utama (mainnursery) untuk pertumbuhan selanjutnya (Sianturi, 1991).

Alasan lain diperlukannya pembibitan yaitu (1) keadaan kecambah kelapa sawit yang mudah diserang insekta, tikus, dan hama lainnya ; (2) bahan tanaman memerlukan ketegakan habitusnya sehingga tidak miring atau roboh ; sertaa (3) pembibitan diperlukan untuk memperpendek waktu antara persiapan lapangan dan penanaman pertama sehingga begitu lahan siap tanam bibit sudah siap untuk ditanam (Pahan, 2006).

Pemeliharaan dan kondisi bibit dipembibitan sangat menentukan keadaan tanaman dilapangan baik keragaman maupun produktivitasnya. Untuk mendukung pertumbuhan bibit dengan baik, perlu diperhatikan syarat penetapan lokasi pembibitan : 1. Areal harus rata ; 2. Dekat dengan sumber air ; 3. Relatif dekat dengan media Pananaman ; 4. Tidak tergenang air ; 5. Jauh dari sumber hama dan penyakit tanaman (Soehardjo, dkk., 1996).

Seleksi bibit penting dilakukan karena akan menentukan hasil panen dan kualitas kelapa sawit. Untuk mendapatkan tanaman yang bersifat unggul, biji yang dipilih sebaiknya berasal dari persilangan varietas unggul. di Indonesia lebih banyak digunakan bahan tanaman yang berasal dari persilangan Dura dan Pisifera. Hasil persilangan dianggap sebagai persilangan terbaik secara ekonomis, yaitu didasarkan pada kriteria produksi minyak perhektar, mutu minyak, pertumbuhan vegetatif dan daya tahan terhadap penyakit tajuk serta ganoderma (Fauzi, 2007).

Dalam usaha membudidayakan kelapa sawit, masalah pertama yang dihadapi oleh pengusaha dan petani yang bersangkutan adalah tentang pengadaan bibit. Kualitas bibit sangat menentukan produksi akhir jenis komoditas ini. Pada umumnya pengembangbiakan tanaman kelapa sawit dilakikan secara generatif, yaitu dengan bijinya. Cara ini memang umum dilakukan dan diangap paling gampang. Akan tetapi, pengadaan bibit dalam jumlah banyak dengan cara ini mengalami beberapa kendala, antara lain bahan bibit yang diperoleh sangat terbatas dan sangat bervariasi (Tim Penulis PS, 1997).
Prenursery diawali dengan menanam kecambah kelapa sawit ke dalam tanah pada kantong plastik atau (polybag) kecil hingga berumur tiga bulan. Mainnursery diawali dengan menanam biji yang sudah berumur tiga bulan (pindahan dari prenursery) kedalam polybag yang lebih besar hingga bibit siap ditanam di areal perkebunan, atau kiar-kira 9 bulan kemudian. Jadi waktu yang dibutuhkan pada pembibitan mulai penanaman kecambah hingga bibit siap ditanam di areal perkebunan kurang lebih adalah 12 bulan (3 bulan di prenursery dan 9 bulan di main nursery) (Hadi, 2004).
Produksi benih D x P adalah mirip dengan produksi jagung hibrida. Pada benih jagung hibrida, tetua dalam turunan yang telah mengalami jumlah besar generasi yang dimuliakan, sebagai contoh selfing dan sibbing. Sungguhpun demikian anggota dari setiap turunan secara genetic homozigot dan serupa. Pada pembastaran tumbuhan secara genetik sama tetapi heterozigot. Oleh sebab itu penanaman jagung varietas hibrida menghasilkan tanaman yang tetap seragam dalam bebagai aspek (Chin, 2006).
Pemuliaan dan seleksi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) secara sistematik telah dimulai tahun1920 di Afrika dan Asia (Malaysia dan Sumatera) ketika spesies memulai di eksploitasi untuk minyak nabati sacara komersial (Internasional Confenrence , 1981).




Media Tanam


Bila tanah banyak mengadung banyak pasir, tanah ini kurang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanaman yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan atau (spesific surface) yang kecil, sehingga sulit menyerap atau menahan air dan unsur hara, sehingga pada musim kemarau mudah kekurangan air. Bila jumlah pasir tidak terlalu banyak, pengaruhnya terhadap tanah akan baik, karena cukup longgar, air akan mudah meresap, dan jumlahnya cukup dikandung tanah, udara tanah mudah masuk dan tanah mudah diolah (Hasibuan, 2006).

Beberapa hal yang menentukan sifat fisik tanah adalah tekstur, struktur, konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah, dan kedalaman permukaan air tanah. Tanaman kelapa sawit tumbuh baik pada daerah gembur, subur, berdrainase baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tekstur tanah ringan dengan kandungan pasir 20 – 60%, debu 10 – 40%, dan liat 20 -50%. Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah gambut tebal (Fauzi, dkk., 2007).

Jenis media tanam terdiri atas lapisan tanah yang terdiri atas tiga fase bahan – bahan padat, cair, dan gas. Fase padat menempati hamper 50% dari volume tanah, sebagian bagi adalah bahan organik yang terakhir adalah bagian yang dijumpai paling banyak pada tanah organik (Sianturi, 1991).

Tanah dengan 25% liatnya, maka liat ini akan lebih praktis dibandingkan dengan tanah yang mengandung 100% liat, yang terdiri dari mineral yang kaya hara esensial. Pada kasus lalu tanah – tanah berpasir biasanya berhubungan dengan kandungan unsur hara yang tinggi (Risza, 1994).
Kompos Azolla ( Azolla sp. )


Azolla adalah jenis tumbuhan paku air yang mengapung banyak terdapat diperairan tergenang terutama di sawah- sawah dan di kolam, mempuyai permukaan daun yang lunak mudah berkembang dengan cepat dan hidup bersimbiosis dengan Anabaena azollae yang dapat mengfiksasi nitrogen ( N2 ) dari udara. Azolla pinnata merupakan tumbuhan kecil yang mengapung di air, terlihat berbentuk segitiga atau segiempat. Azolla berukuran 2 - 4 cm, dengan cabang, akar rhizome dan daun terapug. Akar solit, mengapung di air, berbulu, panjang 1 – 5 cm dengan membentuk kelompok 3 -6 rambut akar. Daun kecil, membentuk 2 barisan, menyirap bervariasi, duduk melekat, cuping dengan cuping dorsal berpegangan di atas permukaan air dan cuping ventral mengapung (http://www.kehati.or.id , 2009).
Kegunaan azolla adalah: sumber N dapat menganti pupuk urea sampai 100 kg, pakan ternak/hijauan, pakan ikan, terutama ayam dan itik, menekan pertumbuhan gulma, tanaman hias, kontrol terhadap perkembangan nyamuk (http://kolamazolla.blogspot.com, 2009 a).
Kandungan unsur hara dalam azolla yaitu: N 1,96–5,30 % ; P 0,16 – 1,59 % ; K 0,31 – 5,97 % ; Ca 0,45 – 1,70 % ; Mg 0,22 – 0,66 % ; S 0,22 – 0,73 % ; Si 0,16 -3,35 % ; Na 0,16 -1,31 % ; Cl 0.62 - 0,90 % ; Al 0,4 -0,59 % ; Fe 0,4 – 0,59 % ; Mn 66 – 2.944 ppm ; Co 0,264 ppm ; Zn 26 – 989 ppm (http://kolamazolla.blogspot.com, 2009 b).
Azolla pinata tumbuh subur di daerah sawah dan kolam, salama ada air yang tergenang, tumbuhan paku ini dapat tumbuh subur. Azolla pinnata hanya tumbuh di daerah tropis. Bila sawah atau kolam tersebut kering maka Azolla pinnata akan mati. Azolla piñata termasuk dalam divisi Pterydophyta, yamg berarti paku- pakuan, jelas Azolla pinnata bereproduksi menggunakan spora (http:// syraru.com, 2009).
Manfaat Azolla sebagai pupuk alami penganti urea pelantaran tanaman tersebut mampu mengikat nitrogen dari udara. Nitrogen merupakan nutrisi utama bagi tanaman untuk menopang pertumbuhannya. Jumlah nitrogen yang diikat azolla melebihi kebutuhannya sendiri. Sehingga sebagian nitrogen dilepaskan ke lingkungan sekitarnya dan diserap oleh tanaman lain. Selain menghemat pupuk, tentu bermanfaat pula untuk memperbaiki tekstur tanah yang rusak akibat penggunaan pupuk kimia (http:// www.kr.co.id 2009).














BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan ini dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl yang dimulai dari bulan Februari 2009 sampai dengan April 2009.

Bahan dan Alat


Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih kelapa sawit ( Elaeis guineensis Jacq.) sebagai objek pengamatan, top soil, pasir, sub soil, pupuk kandang ayam ras sebagai media tanam, air untuk penyiraman, serta kompos Azolla (Azolla sp.) sebagai bahan pengganti sumber N.
Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul untuk mencangkul tanah, gembor untuk menyiram tanaman, polybag sebagai wadah penanaman, meteran untuk mengukur tinggi kecambah, dan jangka sorong untuk mengukur diameter batang kecambah.

Metode percobaan


Data percobaan dianalisis dengan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor yaitu:
Faktor I : Media Tanam (M) dengan dua taraf yaitu:
M1: Top soil + Pasir
M2: Sub soil + Pupuk kandang ayam ras

Faktor II: Kompos Azolla (Azolla sp.) dengan 3 taraf yaitu:
A0: Tanpa kompos Azolla
A1: Diberi kompos Azolla 7 gram
A2: Diberi kompos Azolla 14 gram
Sehingga didapat 6 kombinasi perlakuan yaitu:
M1A0 M2A0
M1A1 M2A1
M1A2 M2A2
Jumlah blok : 3
Jumlah plot per blok : 6
Jumlah kecambah per plot : 2
Jumlah kecambah seluruhnya : 36
Dari hasil percobaan dianalisis sidik ragam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan model linier sebagai berikut:
Yijk= µ + βi + αj + βk + (αβ)jk + εijk
dimana:
Yijk : nilai pengamatan pada media tanam ke-i, jumlah kompos Azolla ke-j, dan
pertumbuhan kecambah kelapa sawit ke-k
µ : Nilai tengah
βi : Efek media tanam ke-i
αj : Efek jumlah kompos Azolla ke-j
(αβ)jk : Efek interaksi antara media tanam ke-i dan jumlah kompos Azolla ke-j
εijk : Efek error yang disebabkan oleh media tanam ke-i, jumlah kompos
Azolla ke-j dan pertumbuhan kecambah kelapa sawit ke-k
Apabila data percobaan analisis tidak ragam berbeda nyata, akan diujikan dengan beda nyata jujur (BNJ) pada x = 5% .






















PELAKSANAAN PERCOBAAN

Persiapan Lahan

Lahan percobaan dibersihkan dari gulma dan dibuat plot sebagai tempat peletakan polibag, setelah plot selesai disekeliling bedengan dibuat pagar dan parit sedalam 30 cm.

Penyiapan Media Tanam

Pasir yang digunakan adalah pasir yang berasal dari laut, pasir dibersihkan dari bahan organik, dicampur dengan topsoil sesuai dengan perlakuan masing-masing. Kemudian media tanam campuran yakni pupuk kandang dicampur dengan topsoil sesuai dengan perlakuan masing-masing kemudian dimasukkan ke dalam polibag.
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman


Penyiraman dilakukan setiap sore hari tergantung kepada kondisi kelembaban permukaan media tanam. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor.







Penyiangan


Penyiangan dapat dilakukan dengan menggunakan alat yaitu cangkul atau dengan tangan pada saat gulma mulai tumbuh di media tanam maupun di areal penanaman.

Pemupukan


Pemupukan dilakukan pada tanaman sejak berumur 3 MSPT hingga 6 MSPT dengan menggunakan pupuk Nitroposka.

Pengamatan Parameter


Tinggi tanaman


Tinggi tanaman yang berkecambah sudah berumur 3 bulan, dihitung mulai dari permukaan tanah sampai bagian tertinggi dari tanaman.

Jumlah Daun (helai)


Jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Perhitungan jumlah daun dilakukan sejak berumur 3 MSPT hingga tanaman berumur 6 MSPT dengan interval 1 minggu.

Diameter Batang (mm)


Batang tanaman diukur diameternya pada ketinggian 1 cm diatas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran diameter batang dilakukan sejak tanaman 3 MSPT hingga tanaman berumur 6 MSPT dengan interval 1 minggu.























HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1 – 38) diketahui bahwa perlakuan media tanam berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 – 8 MST, jumlah daun 4 – 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST, jumlah daun 3 MST, diameter batang 4 – 8 MST.

Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1 – 38) diketahui bahwa perlakuan kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 – 8 MST, jumlah daun 4 – 8 MST, diameter batang 6 – 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST, jumlah daun 3 MST, diameter batang 4 – 5 MST.

Dari data pengamatan dan sidik ragam (lampiran 1 – 38) diketahui bahwa interaksi antara media tanam dan kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 – 5 MST, jumlah daun 4 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1, 6, 7, 8 MST, jumlah daun 5 – 8 MST, diameter batang 4 – 8 MST.

Tinggi Tunas (cm)
Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 – 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST. Kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 – 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST. Interaksi antara media tanam dan kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 – 5 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1, 6, 7, 8 MST.

Rataan tinggi tunas kelapa sawit 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan tinggi tunas kelapa sawit 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla










Dari Tabel 1 diketahui bahwa perlakuan media tanam terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu M1 (13,41) dan terendah M2 (12,79).

Dari Tabel 1 diketahui bahwa perlakuan kompos azolla terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu A2 (12,61) dan terendah A0 (10,59).

Dari Tabel 1 diketahui bahwa interaksi media tanam dan kompos azolla terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu M1A2 (19,66) dan terendah M2A0 (15,67).

Histtogram tunas kelapa sawit 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada gambar 1.







Gambar 1. Rataan tinggi tunas kelapa sawit 8 MST (cm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla







Jumlah Daun (helai)


Dari data pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa perlakuan media tanam berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun 4 – 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun 3 MST. Kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun 5 – 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun 3 MST. Interaksi antara media tanam dan kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah daun 4 – 8 MST.

Rataan jumlah daun kelapa sawit 8 MST (helai) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada tabel 2.






Tabel 2. Rataan jumlah daun kelapa sawit 8 MST (helai) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla






Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter jumlah daun 8 MST tertinggi yaitu M1 (2,15) dan terendah M2 (1,92).

Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada perlakuan kompos azolla terhadap parameter jumlah daun 8 MST tertinggi yaitu A2 (1,89) dan terendah A1 (1,83).

Dari Tabel 2 diketahui bahwa pada interaksi media tanam dan kompos azolla terhadap parameter jumlah daun 8 MST tertinggi yaitu M1A1 dan M1A2 (3,00) dan terendah M2A0 dan M2A1 (2,50).

Histogram jumlah daun kelapa sawit 8 MST (helai) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada gambar 2.














Gambar 2. Histogram jumlah daun kelapa sawit 8 MST (helai) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla







Diameter Tunas (mm)


Dari data pengamatan dan sidik ragam diktahui bahwa perlakuan media tanam tidak berbeda nyata terhadap parameter diameter batang 4 – 8 MST. Kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter diameter batang 6 – 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter diameter batang 4 – 5 MST. Interaksi antara media tanam dan kompos azolla tidak berbeda nyata terhadap parameter diameter batang 4 – 8 MST.

Rataan diameter tunas kelapa sawit 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada tabel 3.






Tabel 3. Rataan diameter tunas kelapa sawit 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla






Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada perlakuan media tanam terhadap parameter diameter tunas 8 MST tertinggi yaitu M2 (0,80) dan terendah M1 (0,79).

Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada perlakuan kompos azolla terhadap parameter diameter tunas 8 MST tertinggi yaitu A1 (0,77) dan terendah A0 (0,60).

Dari Tabel 3 diketahui bahwa pada interaksi antara media tanam dan kompos azolla terhadap parameter diameter tunas 8 MST tertinggi yaitu M2A2 (1,24) dan terendah M1A0 (0,87).

Histogram diameter tunas kelapa sawit 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla dapat dilihat pada gambar 3.












Gambar 3. Histogram diameter tunas kelapa sawit 8 MST (mm) dari perlakuan media tanam dan kompos azolla





Pembahasan
Pengaruh Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) D X P di Pre Nursery


Dari data diketahui bahwa media tanam berbeda nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah daun kelapa sawit. Hal ini dikarenakan media tanam yang digunakan sangat sesuai dengan kebutuhan kelapa sawit dalam pertumbuhannya. Akar kelapa sawit dapat menyerap hara dari media tanam dengan baik karena ruang pori tanah yang baik. Hal ini sesuai dengan literatur Hadi (2004) yang menyatakan bahwa Jenis tanah berhubungan erat dengan plastisitas, permiabilitas, kekerasan, kemudian olah tanah, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geotropik tertentu. Akan tetapi akan berhubungan dengan adanya variasi yang terdapat pada sistem mineralogy reaksi tanah, maka ada ketentuan-ketentuan umum yang berlaku untuk semua jenis tanah

Dari hasil percobaan pada perlakuan media tanam terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu M1 (13,41) dan terendah M2 (12,79). Begitu juga terhadap parameter jumlah daun 8 MST tertinggi yaitu M1 (2,15) dan terendah M2 (1,92). Hal ini disebabkan karena media tanam yang digunakan adalah pasir dan top soil dengan perbandingan 2:1, sehingga terjadi gabungan antara tekstur kasar dengan halus oleh top soil. Dimana tanah mampu menahan air yang cukup. Tekstur seperti ini adalah tekstur yang paling cocok untuk pertumbuhan benih. Hal ini sesuai dengan literatur Sianturi (1991) tanah juga harus mampu menahan air yang cukup dan hara yang tinggi secara alami maupun hara tambahan.

Pengaruh Kompos Azolla Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) D X P di Pre Nursery

Dari data diketahui bahwa kompos Azolla berbeda nyata terhadap tinggi tunas, jumlah daun dan diameter batang kelapa sawit. Hal ini dikarenakan kompos Azolla sangat baik digunakan selain sebagai media tanam juga sebagai pupuk bagi tanaman karena kompos Azolla memiliki nisbah C/N yang rendah. Hal ini sesuai dengan literatur http:kolomozolla.blogspot. com/2008/07/manfaat tanaman azolla.html (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan sebagai pupuk, selain dalam bentuk segar bisa juga dalm bentuk kering dan kompos. Dalam bentuk kompos ini, azolla juga baik untuk media tanam. Selain digunakan secara langsung, kompos azolla juga dengan pasir dan tanah kebun dengan perbandingan 3:1.
Dari hasil percobaan diketahui bahwa perlakuan kompos azolla terhadap parameter tinggi tunas 8 MST tertinggi yaitu A2 (12,61) dan terendah A0 (10,59). Hal ini terjadi karena pada perlakuan yang diberi kompos azolla pertumbuhan kecambahnya jauh lebih baik dibandingkan dengan yang tidak diberi kompos azolla. Karena kompos azolla memliki N yang tinggi yang bepengaruh bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan literatur http://kolamazolla.blogspot. com/2008-07-1 archieve.html (2008) yang menyatakan bahwa kegunaan dari kompos azolla adalah sumber N dan dapat menggantikan urea sampai 100 kg serta dapat menekan pertumbuhan gulma.

Interaksi Antara Media Tanam dan Kompos Azolla Terhadap Pertumbuhan Kecambah Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) D X P di Pre Nursery

Dari data diketahui bahwa interaksi antara media tanam dan kompos Azolla berbeda nyata terhadap tinggi tunas dan jumlah daun kelapa sawit. Hal ini dikarenakan media tanam dapat bersatu dengan kompos Azolla dalam penyediaan hara bagi tanaman kelapa sawit. Kompos Azolla dapat terurai dengan baik pada tanah sehingga tanaman dapat menggunakan hara dengan baik. Hal ini sesuai dengan literatur http:kolomozolla.blogspot. com/2008/07/manfaat tanaman azolla.html (2008) yang menyatakan bahwa penggunaan sebagai pupuk, selain dalam bentuk segar bisa juga dalm bentuk kering dan kompos. Dalam bentuk kompos ini, azolla juga baik untuk media tanam. Selain digunakan secara langsung, kompos azolla juga dengan pasir dan tanah kebun dengan perbandingan 3:1.




KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Media tanam berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 – 8 MST, jumlah daun 4 – 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST, jumlah daun 3 MST, diameter batang 4 – 8 MST.
2. Kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 – 8 MST, jumlah daun 4 – 8 MST, diameter batang 6 – 8 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1 MST, jumlah daun 3 MST, diameter batang 4 – 5 MST.
3. Interaksi antara media tanam dan kompos azolla berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 2 – 5 MST, jumlah daun 4 MST, dan tidak berbeda nyata terhadap parameter tinggi tunas 1, 6, 7, 8 MST, jumlah daun 5 – 8 MST, diameter batang 4 – 8 MST.

Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan ini, benih yang digunakan harus bersertifikat dan penyiraman harus dilakukan secara teratur untuk mendukung pertumbuhan tanaman.




DAFTAR PUSTAKA

Chin, Soh Aik. 1989. Choice Of Planting Material. The Incorporate Society Of
Planters. Malaysia

Fauzi, Yan, dkk. 2007. Kelapa Sawit Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah
Analisis Usaha & Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta

Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Adicita Karya Nusa.
Yogyakarta

Hasibuan, B.E. 2006. Ilmu Tanah. USU Press. Medan
http://kolamazolla.blogspot.com a. Kompos Azolla (4 April 2009)
http://kolamazolla.blogspot.com b. Kompos Azolla (4 April 2009)
http://syararu.com. Azolla. (4 April 2009)
http://www.kehati.or.id. Azolla. (4 April 2009)
http://www.kr.co.id. Azolla. (4 April 2009)
International Conference. 1981. The Oil Palm In Agriculture In The Eighties
Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari
Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta

Risza. Suyatno, 1994. Kelapa Sawit. Kanisius. Yogyakarta
Sastrosayano, Selardi, 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta
Setyamidjaja, Djoehana. 2006. Kelapa Sawit Teknik Budidaya dan Pengolahan.
Kanisius. Yogyakarta

Sianturi, 1991. Budidaya Kelapa Sawit. USU Press. Medan
Soehardjo dkk. 1996. Vademecum Kelapa Sawit. PTP N IV (Persero) Bahjambi.
Pematang Siantar-Sumut

Tim Penulis PS. 1997. Kelapa Sawit Usaha Budidaya Pemanfaatan Hasil dan
Aspek Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakartakelapa sawit, kompos azolla

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

comment please...